Suara.com - Kondisi Robby Al-halim, korban pengeroyokan oleh teman-temannya di pondok pesantren modern Nurul Ikhlas, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, pada Minggu (10/2/2019) masih dalam kondisi koma di Rumah Sakit M Djamil Padang.
Yoserizal orang tua Robby mengatakan, anaknya masih dalam keadaan koma dan menurut dokter kondisinya mulai menurun.
"Dua hari ini, kondisi anak saya semakin menurun, dan masih menunggu keterangan dokter untuk selanjutnya," ujar Yoserizal seperti dilansir Covesia.com di Padang, Rabu (13/2/2019).
Diketahui, Robby diduga dikeroyok oleh teman-temannya sesama santri di Ponpes Nurul Ikhlas. Kejadian itu baru diketahui oleh keluarga pada Senin (11/2) dini hari. Saat ini korban dirawat di ruangan ROI Instalasi Anestesiologi Terapi Intensif RSUP M Djamil Padang.
Baca Juga: Dianggap Sabar, Polisi yang Tilang Pemuda Rusak Motor Sabet Penghargaan
Sementara itu, Kapolsek X Koto, Rita Sunarya mengatakan, pihaknya telah memeriksa belasan santri yang terlibat dalam pengeroyokan terhadap korban.
"Kita mendapatkan informasi Selasa (12/2) kita langsung ke lokasi, kita juga mengamankan sepasang sepatu sebagai barang bukti. Sementara itu dari Informasi yang kita peroleh dari teman-temanya korban dituduh mencuri uang milik temanya, hingga berujung pengeroyokan," ujar Rita.
Pengeroyokan Berulang
Sementara menurut Kabag Ops Polres Padang Panjang, Kompol Rudi M, menyebutkan, total ada 19 santri yang diperiksa polisi terkait insiden pengeroyokan itu.
"Pihak pondok pesantren membawa 19 orang diduga melakukan kekerasan dan pemeriksaan didampingi orangtua santri," katanya.
Baca Juga: Hari Valentine, Pria Kirim Pacarnya Bunga Terbuat dari Uang Rp 31 Juta
Menurut dia, kekerasan terhadap santri itu terjadi secara berulang pada malam harinya, kejadian awal pada Kamis malam lalu, kemudian berulang pada Jumat malam dan terakhir Minggu, pada Sabtu tidak ada pemukulan.
Sementara untuk motif pemukulan kepada korban, pihak Polres Padang Panjang menyebutkan dugaan sementara korban mengambil barang-barang milik temannya seperti uang, barang kecil lainnya yang membuat temenya merasa jengkel.
"Barang bukti yang diamankan berupa sepatu bot diduga dipergunaakn kepada korban, dan tangkai sapu yang patah," sebutnya.
Ia menyebutkan kejadian itu terjadi di asrama putra lantai 2 blok muda no 8 dengan ukuran kamar 4x6 meter.
"Rincian diduga pelaku santri yang berusia rata-rata 15 sampai 16 tahun dengan melakukan pemukulan 3 tahap, ada yang satu kali dan berulang kali dihari yang berbeda," jelasnya.
Sementara itu, pengawasan Pondok Pesantren, Firmansyah mengakui bahwa kejadian tersebut guru pengawas yang berada dalam setiap kamar tidak mengetahui kejadian tersebut karena pada jam tersebut santri sudah tidur.
"Kamar guru atau ustad di setiap kamar dibatasi dengan sekat jadi tidak mengetahui adanya pemukulan karena itu sudah jam tidur," sebutnya.