Suara.com - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD, menyatakan optimistis, target Indonesia Emas pada 2045 bakal tercapai. Salah satu faktor pendukungnya adalah kekuatan sumber daya manusia Indonesia yang terus meningkat.
Walau demikian, ia mengingatkan, ada syarat wajib untuk mencapai kemajuan tersebut yakni bersatu dan kolaborasi. Agenda besar untuk bersatu dan menghimpun segenap kekuatan itu adalah mengusung persatuan di tengah perbedaan Indonesia.
"Berbeda itu fitrah. Kita memang berbeda-beda, namun bersatu adalah kebutuhan," kata anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut, dalam Diskusi Kebangsaan Indonesia Emas 2045, di Kampus Paramadina, Jakarta, Rabu (13/2/2019).
Menurutnya, pemahaman pluralisme harus terus diserukan. Mengutip tokoh bangsa, Abdurahman Wahid, Mahfud menjelaskan cara sederhana memahami pluralisme.
Baca Juga: Mahfud MD Kampanye Pemilu Damai di Jepang
"Pluralisme itu seperti engkau hidup di rumah dengan kamar yang berbeda-beda," katanya.
Jika masih di dalam kamar masing-masing, jelasnya, semua bebas mengenakan identitas masing-masing, menyetel televisi masing-masing. Namun ketika sudah di ruang bersama, maka semua menggunakan aset bersama.
Contoh rumah bersama itu terlihat di Rumah Betang di Kalimantan. Mahfud bercerita soal kunjungannya ke rumah itu, dimana dia menyaksikan beberapa keluarga suku Dayak yang berbeda-beda tinggal di kamar yang berbeda pula, namun mereka mengusung satu identitas, Dayak.
Ilustrasi tersebut sesuai dengan kondisi kebangsaan Indonesia yang beragam suku, agama, dan budaya. Masing-masing menggenggam identitasnya, namun ketika bicara dalam konteks ke-Indonesiaan, maka semua menjunjung identitas Indonesia.
Sementara itu, Rektor Universitas Paramadina, Firmansyah, mengemukakan penjelasan senada. Menurutnya, dewasa ini ada potensi perpecahan yang tidak produktif.
"Seperti over politized society, yang mana semua bicara politik dan melupakan kolaborasi," katanya.
Padahal, kata Firmansyah, hanya dengan kolaborasi, maka kemajuan akan tercapai. Dia mencontohkan, pabrikan-pabrikan besar di dunia saat ini memang bersaing, namun mereka berkolaborasi untuk melakukan inovasi.
Firmansyah menambahkan, ada fase lanjutan dari Bhineka Tunggal Ika. Saat ini yang perlu diprioritaskan bukan lagi semangat kebhinekaan, namun semangat tunggal ika.
"Sudah selesai. Kita memang berbeda-beda. Sudah waktunya kedepankan semangat tunggal ika, kesatuannya," tambahnya.
Sementara itu, aktivis Allisa Wahid mengingatkan, jika kelompok-kelompok di Indonesia hanya memikirkan kepentingannya sendiri, maka target Indonesia 2045 sulit tercapai. Saatnya bersatu mengusung Indonesia.
"Kunci Indonesia 2045 adalah tetap menjaga nilai-nilai Indonesia," ujarnya.
Pembicara lain dalam diskusi ini adalah aktor, Reza Rahadian, sutradara, Livi Zheng, dan komika, Ari Kriting. Mereka sama-sama mengisahkan potensialnya Indonesia memasuki masa Indonesia Emas 2045.