Kesulitan Dilanda Krisis, Suku Asli Venezuela 'Ngemis' Bantuan Asing

Bangun Santoso Suara.Com
Minggu, 10 Februari 2019 | 16:06 WIB
Kesulitan Dilanda Krisis, Suku Asli Venezuela 'Ngemis' Bantuan Asing
Sekelompok masyarakat Venezuela masuk perbatasan Kolombia tanpa izin. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemon, suku asli yang tinggal di sepanjang perbatasan Venezuela dan Brazil, bersedia menerima bantuan dari luar negeri yang mungkin masuk ke wilayah negara yang sedang dilanda krisis itu.

Bahkan, jika hal itu berarti mereka bertikai dengan dengan pasukan keamanan Venezuela dan pemerintah Presiden Nicolas Maduro.

Di tengah-tengah keruntuhan ekonomi yang telah menyebabkan kekurangan gizi dan eksodus jutaan orang, bantuan kemanusiaan telah menjadi titik panas dalam krisis politik yang meningkat.

Pemimpin oposisi Juan Guaido mengatakan pekan lalu koalisi global, yang termasuk Amerika Serikat, mengirim makanan dan obat-obatan ke titik-titik penampungan di Kolombia, Brazil dan sebuah pulau Karibia, yang tak diungkap namanya, sebelum meneruskan bantuan ke Venezuela.

Baca Juga: Survei: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Turun, Prabowo-Sandi Unggul di Sumatera

Brazil telah bergabung dengan AS serta sebagian besar negara di Amerika Latin dan Eropa yang mengakui Guaido sebagai pemimpin sementara yang sah di Venezuela. Mereka berargumen bahwa Maduro terpilih kembali dalam pemungutan suara yang penuh kecurangan pada Mei 2018.

Maduro membantah Venezuela berada dalam krisis, dengan menyatakan apa yang terjadi saat ini merupakan bagian dari persekongkolan yang diarahkan AS untuk memengaruhi dan menggulingkan pemerintahannya.

Enam pemimpin komunitas Pemon yang tinggal di kotapraja "Gran Sabana" (atau Savana Besar), yang berbatasan dengan Brazil, mengatakan kepada Reuters bahwa kebutuhan mendesak suku asli tersebut harus mengalahkan politisasi bantuan kemanusiaan.

Gran Sabana, yang berada di bagian selatan negara bagian Bolivar, adalah satu-satunya perlintasan antara Venezuela dan Brazil.

"Kami secara fisik siap - tanpa senjata - dan bersedia membuka perbatasan untuk menerima bantuan kemanusiaan," kata Walikota Gran Sabana, Emilio Gonzalez.

Baca Juga: Regita Anggia, Mahasiswi Berprestasi dengan Skripsi #2019GantiPresiden

"Garda nasional atau pemerintah tak bisa menghentikan ini." Komunitas-komunitas penduduk asli merasa bangga dengan tingkat otonomi yang lebih besar daripada yang lain di Venezuela.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI