Suara.com - Pengadilan Tunisia pada Sabtu (9/2/2019) menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada tujuh orang karena keterlibatan mereka dalam dua serangan maut pada 2015 di sebuah hotel di Tunis serta sebuah hotel di pantai Laut Tengah.
Beberapa terdakwa lainnya mendapat hukuman penjara selama enam bulan hingga 16 tahun, menurut laporan kantor berita TAP yang mengutip keterangan juru bicara pengadilan, Soufiane Sliti.
Secara keseluruhan, ada 51 orang yang diajukan ke pengadilan selama persidangan yang berlangsung selama 18 bulan. Sebanyak 27 dari jumlah orang tersebut dibebaskan.
Serangan di Museum Nasional Bardo merenggut 21 korban jiwa sementara 38 orang tewas dalam serangan di Hotel Sousse, yang terletak 150 kilometer sebelah selatan Tunis.
Baca Juga: Ziarah ke Makam Pendiri NU, Warganet Minta UAS Doakan Ganti Presiden
Kedua serangan itu, yang terjadi dalam waktu tiga bulan, telah melumpuhkan perekonomian Tunisia karena agen-agen pariwisata utama Eropa hengkang.
Pariwisata merupakan sumber utama pemasukan devisa bagi negara itu, mencakup sekitar 8 persen dari produk domestik bruto.
Serangan juga sempat menghentikan reformasi politik, yang dipuji sebagai model peralihan demokratik setelah gelombang pemberontakan "Musim Semi Arab" mulai muncul tahun 2011.
Tunisia masih menjadi salah satu negara paling sekuler di dunia Arab. Namun, pihak berwenang setempat memperkirakan ada sekitar 3.000 warga negaranya yang telah bergabung dengan ISIS serta kelompok-kelompok garis keras lainnya di Irak, Suriah dan Libya.
Kunjungan wisatawan ke Tunisia sudah mulai kembali mengalir secara bertahan sementara pengamanan juga telah ditingkatkan.
Baca Juga: Petinggi PKS Puji Mahasiswi Berprestasi Bikin Skripsi #2019GantiPresiden
Selama 2018, Tunisia telah menerima kedatangan 8,3 juta wisatawan dan hotel-hotel dipenuhi dengan para pelancong dari Aljazair, Rusia dan negara-negara lainnya di Eropa.