Media Massa Digempur Medsos, Jokowi: Pers Masih Sangat Dipercaya Masyarakat

Iwan Supriyatna Suara.Com
Sabtu, 09 Februari 2019 | 12:40 WIB
Media Massa Digempur Medsos, Jokowi: Pers Masih Sangat Dipercaya Masyarakat
Presiden Jokowi. (Suara.com/Dwi Bowo Raharjo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Media sosial (Medsos) saat ini seolah tengah berlomba-lomba dengan media massa konvensional untuk memberikan informasi kepada publik.

Di era seperti sekarang ini, keakuratan data dan fakta masih menjadi faktor penilaian masyarakat untuk bisa memilah-milah informasi yang beredar luas.

Terkait hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku gembira dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media konvensional dibandingkan dengan media sosial.

"Terus terang saya sangat gembira dengan situasi seperti ini. Selamat kepada pers yang masih sangat dipercaya masyarakat," ujarnya di sela sambutan Puncak Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Grand City Surabaya, Sabtu (9/2/2019).

Baca Juga: Ahmad Dhani di Bui, Apa Kabar Keluarga Korban Tabrakan yang Janji Dibiayai?

Jokowi menuturkan, tidak mudah membuat publik percaya di tengah persaingan media sosial yang marak, bahkan dengan suguhan-suguhan informasinya.

Berdasakan data yang disampaikannya, pada 2016 tingkat kepercayaan terhadap media konvensional 59 persen dan 41 persen ke media sosial, kemudian pada 2017 tingkat kepercayaan 58 persen terhadap media konvensional dan 42 persen ke media sosial.

Berikutnya, pada 2018 tingkat kepercayaan terhadap media konvensional meningkat menjadi 63 persen dan 37 persen untuk media sosial.

"Dari data itu, semakin ke sini semakin besar kepercayaan publik. Ini harus dipertahankan," ucap Jokowi.

Era media sosial, kata dia, membuat siapa pun dapat bekerja sebagai jurnalis, tetapi tidak sedikit yang menyalahgunakan media sosial untuk menebar ketakutan di ruang publik.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmi Dilaporkan ke Bareskrim Polri

"Sekarang setiap orang bisa menjadi wartawan dan pemred. Tetapi kadang digunakan untuk menciptakan kegaduhan, ada juga yang membangun ketakutan pesimisme," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI