Jokowi: Bukan Riya, yang Tanda Tangan Hari Santri Itu Siapa?

Kamis, 07 Februari 2019 | 18:48 WIB
Jokowi: Bukan Riya, yang Tanda Tangan Hari Santri Itu Siapa?
Presiden Jokowi berjanji membangun 1.000 Balai Latihan Kerja (BLK) khusus di pondok-pondok pesantren, saat berpidato di hadapan ratusan kiai serta habib di Istana Negara, Jakarta, Kamis (7/2/2019). [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan pada masyarakat Indonesia, khususnya kepada ratusan kiai dan habib dari Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek) yang menandatangani Hari Santri Nasional adalah dirinya. Hal ini disampaikan Jokowi saat mengundang kiai dan santri se-Jadetabek di Istana Negara, Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Dalam pertemuan ini, Jokowi sekaligus meluruskan tudingan yang mengarah kepadanya. Yakni tuduhan kriminalisasi terhadap ulama dan anti terhadap Islam.

"Mengenai kriminalisasi ulama dan anti Islam. Bagaimana itu? Tadi sudah disampaikan ketua MUI. Yang tandatangan Hari Santri itu siapa? Ini bukan Riya. Saya hanya ingin ingatkan yang tanda tangan Hari Santri siapa," ujar Jokowi.

Tak hanya itu, Jokowi kemudian membeberkan jika pemerintah Indonesia saat ini  telah mengembangkan ekonomi keumatan seperti program Bank Wakaf Mikro di sejumlah Pondok Pesantren. Bahkan kata Jokowi, dirinya sudah mengecek langsung program Bank Wakaf Mikro di ponpes yang sudah berjalan dengan baik.

Baca Juga: Sel Ahmad Dhani di Rutan Madaeng Dihuni Ratusan Tahanan

"Bank wakaf mikro kami kembangkan untuk ekonomi umat. Saya sudah cek langsung beberapa pondok berjalan baik. Kalau di sana tadinya hanya jualan bakso gerobak sekarang punya warung. Dulunya jualan gorengan sekarang jual nasi uduk. Ya ekonomi mikro yang dituju," katanya.

Lebih lanjut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menuturkan dirinya merupakan Ketua dari Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).

Jokowi mengatakan Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar dunia ekonomi syariah-nya baru mencapai 5 persen. Sementara kata dia, negara lainnya seperti Malaysia sudah 23 persen dan Arab Saudi sebesar 51 persen.

"Saya ingin tahu tantangannya di mana problemnya di mana saya ingin tahu. Udah saya ketuai sendiri. Namun tidak gampang ada banyak hal yang harus kita luruskan," tandasnya.

Baca Juga: Buntut Pegawai KPK Dikeroyok, Mendagri: Seharusnya Tak Main Hakim Sendiri!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI