Kisah Lelaki Tionghoa: Berkelahi karena Bela Teman sampai Dikencingi

Kamis, 07 Februari 2019 | 16:48 WIB
Kisah Lelaki Tionghoa: Berkelahi karena Bela Teman sampai Dikencingi
Aktivis lintas agama menggelar diskusi untuk memperingati Imlek di Jombang, Jatim. (Beritajatim.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Joe Sava, aktivis Jombang Student Interfaith Forum (JSIF) menceritakan pengalaman hidupnya sebagai anak muda dari kaum minoritas di Indonesia. Dia tak menampik masih jika warga keturunan Tionghoa masih sulit untuk bisa diterima masyakat luas.

Mahasiswa jurusan akuntansi di sebuah Universitas swasta di Surabaya ini bahkan mengakui sudah kenyang dengan perlakuan diskriminasi.

Hal itu diungkap Joe dalam sebuah diskusi terbuka bertema "Mendengar Suara Tionghoa Milenial di Kota Santri" pada Rabu (6/2/2019) malam. Ada sebanyak puluhan anak milienal yang berpartisipasi di acara diskusi terbuka itu yang digelar untuk memperingati Hari Raya Imlek.

"Tidak mudah menjadi Tionghoa. Saya kenyang perlakuan diskriminasi dan pernah mengalami kekerasan,” kata Joe Sava.

Baca Juga: Amien Rais: Saya Ingatkan Pak Jokowi, Anda Ini Bagaimana Sih Maunya?

Semasa kecil, Joe mengaku pernah berkelahi gara-gara membela temannya yang diejek. Menurutnya, perkelahian itu bermula saat sepedanya pernah dirusak, bahkan dirinya pernah dikencingi.

“Karena saya Tionghoa,” kata Joe di hadapan forum sambil mengajak yang lain untuk aktif bergaul dan tidak minder.

Pengalaman Joe disambut Muliasari Kartikawati, narasumber lainnya. Perempuan yang sehari-hari menjadi dosen ini menekan pentingnya menjaga integritas dan menjadi teladan. “Kalau kita kritik pemerintah agar tidak korupsi, maka kita juga nggak boleh korupsi. Papa dan engkong saya berpesan seperti itu," kata Kartikawati seperti diwartakan Beritajatim.com.

Perempuan ini juga menyinggung peran penting Orde Baru yang membuat warga Tionghoa terkesan menutup diri. Kebijakan rezim tersebut berdampak kuat terhadap psikologi warga Tionghoa Indonesia. “Tapi untung ada Gus Dur yang berani membuka borgol politik diskriminatif Pak Harto,” katanya.

Ajakan untuk optimis dan berperan konkrit bagi Jombang juga disuarakan oleh narasumber lain, misalnya Steven, Sandy Dolorosa, dan Susi Indraswari. “Jangan sampai ketionghoaan kita menjadi penghambat berkreasi menjadikan Jombang lebih baik lagi,” kata Sandy.

Baca Juga: Adi Hancurkan Sepeda Motor Pacar saat Dirazia Polisi, Ini Nasibnya Kemudian

Acara yang diselenggarakan GUSDURian Jombang dan JSIF juga dihadiri tokoh agama dan beberapa dosen Tionghoa dari Malang dan Sydney Australia. Sebelum dimulai, acara terlebih dahulu dibuka dengan nyanyian Indonesia Raya. Jajanan a la imlek juga terlihat menjadi suguhan forum tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI