WNI Diduga Jadi Pengebom Gereja, Tim Densus dan BIN Dikirim ke Filipina

Selasa, 05 Februari 2019 | 20:00 WIB
WNI Diduga Jadi Pengebom Gereja, Tim Densus dan BIN Dikirim ke Filipina
Teroris Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom kembar terhadap katedral Katolik Roma di selatan Filipina, Minggu (27/1) akhir pekan lalu, yang menewaskan sedikitnya 20 dan melukai 100 lainnya. [Vatican News]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal M. Iqbal mengaku telah mengirim tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri bersama Badan Intelejen Negara (BIN) ke Filipina, Selasa (2/5/2019). Pengerahan tim yang juga melibatkan institusi terkait lainnya itu guna menyelidiki aksi teror bom di sebuah gereja di Filipina yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Hari ini Densus 88 Antiteror, Badan Intelijen Negara (BIN), BNPT, dan Kemenlu bersama ke Filipina untuk identifikasi pelaku bom Filipina," kata Iqbal saat dihubungi wartawan, Selasa (5/2/2019).

Menurutnya, alasan Densus 88 diterbangkan ke Filipina, karena mencuat soal dugaan keterlibatan warga negara Indonesia (WNI) yang melakukan aksi bom bunuh diri di gereja tersebut.

"Karena ada dugaan pelaku bom bunuh diri yang disebut sebut, dari negara Indonesia," kata Iqbal.

Baca Juga: Belum Pikirkan PSG, Ander Herrera Fokus pada Laga Kontra Fulham

Namun, Iqbal mengaku sejauh ini belum ditemukan fakta adanya WNI terlibat dalam teror di negara tersebut.

"Sampai saat ini belum ada fakta yang mengkonfirmasi bahwa itu benar warga Indonesia," tutup Iqbal.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Filipina, Eduardo Ano mengatakan, pelaku serangan teror di Jolo diduga adalah pasangan asal Indonesia yang dibantu oleh kelompok yang terafiliasi ISIS.

Menurut Menteri Ano, informasi tersebut didapat dari keterangan saksi dan sejumlah sumber yang tidak disebutkan namanya.

"Mereka orang Indonesia," kata Ano kepada CNN Philippines, seperti dikutip dari Euronews, Jumat (1/2/2019).

Baca Juga: Tiket Konser Ludes, Tulus Malah Ketakutan

Menurut Ano, pasangan tersebut menerima bantuan dari Abu Sayyaf, sebuah organisasi militan terafiliasi ISIS di Filipina Selatan yang terkenal karena aksi penculikan dan aksi ekstremis lainnya.
Sementara Mendagri Filipina menambahkan, mereka yang merencanakan serangan itu berada di bawah instruksi ISIS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI