Inem Jogja Menebar Senyum di Jalanan, Bersihkan Kesedihan

Selasa, 05 Februari 2019 | 15:41 WIB
Inem Jogja Menebar Senyum di Jalanan, Bersihkan Kesedihan
Inem Jogja. (erwan_angka)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Awal Mula Inem Lahirnya Jogja

Made Dyah Agustina tentu tidak membayangkan Inem Jogja diterima banyak orang di Yogyakarta. Dia mengungkapkan sejak Inem Jogja muncul banyak orang berbondong-bondong mengangkatnya menjadi sebuah aura yang positif.

Dyah menututkan ada cerita menarik dari awal mulanya Inem Jogja, peristiwa itu bermula ketika Made Dyah menghiasi wajahnya serba putih ibarat sedang berpantomim. Kemudian ia menggunakan kebaya dan kain menyelimuti tubuhnya.

Ia lalu memutuskan untuk jalan-jalan di area Maliboro. Dari tingkah laku Inem Jogja sindiran negatif mulai bermunculan. Bahkan ia pernah diusir oleh keamanan Malioboro, bahkan ia pernah dianggap orang gila oleh para pedagang kaki lima Malioboro.

Baca Juga: 2 Ton Kue Keranjang Dipesan dari Yogyakarta, Harganya Rp 40.000 Per Kg

"Inem mulai awal januari 2018, saya viral pertama kali diusir waktu di Malioboro sama pengamannya, saya nggak ngamen, nggak perform, padahal saya sudah nunjukin KTP dengan gelar saya tetap saja diusir ntah kenapa, terus saya dikatakan gila lalu disuri, tapi saya senang orang gak tahu apa yang saya lalakukan mending dilihat negatif dulu," cerita Made Dyah mengenang kemunculan Inem.

Inem Jogja. (erwan_angka)
Inem Jogja. (erwan_angka)

Dari kejadian itu ia coba posting di akun sosial Facebook Info Cegatan Jogjakarta (ICJ) apa yang ia keluhkan ia sampaikan semuanya. Inem Jogja kaget melihat komentarnya yang banyak mendukung dirinya melakukan aktivitas kesenian tersebut.

"Saya upload pengusiran itu di grop ICJ tiba-tiba viral ternyata ada mahasiswa saya semua, tersebarlah masak dosen edan dan jalan-jalan, hal itu kemudian viral," kata Made Dyah sembari tersenyum tipis mengenang pengusiran itu.

Ia mengungkapkan keiinginanya menjadi Inem Jogja bukan semata untuk keperluan profit diriya sendiri, melainkan untuk menjadi orang yang berguna bagi semua masyarakat. Inem Jogja ada untuk orang lain, membantu masyarakat membersihkan sampah berbicara dengan banyak orang dari hari ke hati untuk mengibur para pedangan di kala rasa capek mulai menghampiri.

“Saya ingin membuat sesauatu hal kesenian itu gak hanya profit, ekspresi jiwa kita sebagai seniman, seni bisa bermanfaatn bagi masyarakat sekitar, di situ saya buat edukasi karena maraknya konten negatif saya membuat sesautu hiburan yang mengedukasi pengikut saya, saya ingin jadi pelayan masyakarat saya angkat saya angkat jadi inem,’’ kata Made Dyah yang sehari-harinya kini mengelola sanggar Tari.

Baca Juga: Aksi Polisi di Yogyakarta Bikin Jera Pemotor Yang Pakai Knalpot Blombongan

Inem Jogja. (erwan_angka)
Inem Jogja. (erwan_angka)

Made Dyah mengaku setiap kegiatan yang dilakukannya di jalanan dengan pakaian Inem Jogja, ia selalu diangap gila, banyak diantara masyarakat melakukan cibiran terhadap dirinya, meskipun demikian semua itu dianggap sebagai sebuah nilai kehidupan, prinsip hidup untuk saling mengingatkan dan membantu sesama merupakan nilai hidup yang dipelajari Made sejak kecil.

“Nilai kehidupan, saya bersukur dari kehidupan saya sekarang, di situ banyak hal yang bisa dilakukan dengan Inem, banyak yang katakan inem itu gila sering panggil saya orang edan, saya katakan mending saya gila tapi bermanfaatn bagi banyak orang ketimbang waras tapi gak berbuat apa," ungkap Made Dyah.

Aktivitas jalan-jalan Inem bukan sebuah aktivitas rutinitas, melainkan hanya sebuah tindakan untuk melihat tatanan sosial masyarakat dari sudut pandang Inem, ia menceritakan kadang saat jalan-jalan banyak bawa kantong plastik untuk bersihkan sampah jalanan, kadang juga membawa uang lebih membeli nasi bungkus yang kemudian diberikan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Menurut Dyah keberadan Inem Jogja untuk mencerminkan nilai kehidupan antar sesama manusia dan alam bukan semata-mata untuk berkesenian.

Inem Jogja. (erwan_angka)
Inem Jogja. (erwan_angka)

"Saya ngapain saja di jalan, sederhana saja saya ingin memanfaatkan bakat saya, saya melakukan hal positif, apa saja yang ditemui, saya bawa kresek ambil sampah, memberikan pelajaran unggah-ungguh ada anak kecil, ada pedagang sudah tua saya bantu buruh gendong saya bantu, semua itu nilai kehidupan yang orang lain saja tidak banyak yang melakukannya. Berbagai canda tawa dengan orang pedagang yang capek terhibur, nah Inem ada untuk hal itu," tutur Made Dyah.

Saat disinggung perihal apa makna dari coretan di wajah dan pakaian kebaya yang digunakan oleh Inem, Made Dyah menjawab semua itu bagian dari tarian yang ia buat sendiri, menurutnya wajah mengambarkan sebuah konsep tolak bala untuk Jogjakarta baik kepada pedangann maupun kepada warga Yogyakarta asli. Ia tidak ingin Yogyakarta menjadi kotor karena tindakan yang tidak suka dengan bumi Yogyakarta.

“Wajahku menggabarkan Inem jogja itu tolak bala untuk Jogja dari pengaruh negatif baik pendatang maupun asli yang sudah meninggalkan budaya tradisonal menuju modern, kota ini istimewa tapi banyak masyarakat gak istimewama, banyak yang luntur perilakunya,’’ kata Made Dyah.

Inem Jogja. (erwan_angka)
Inem Jogja. (erwan_angka)

Atas apa yang sudah dilakukannya, perlahan Inem Jogja mulai dikenal sosok yang bukan manusia biasa, bahkan menurut Dyah atas tindakannya di jalanan ia menjadi tempat aduan masyarakat ketika memposting keseharian Inem Jogja di akun Facebook dan Instagramnya @InemJogja. Dari akun itulah Inem Jogja juga menyampaikan nilai edukasi kepada para nitizen akan pentingnya menjaga lingkungan dan membantu antar sesama.

"Di Sosial media Inem menjadi aduan masyarakat, saya gak tahu kenapa setiap saya uplod dikometari masyarakat selalu ditindak, manfaatnya besar, ada beberapa yang hubungi orang tua, semenjak jadi Inem anak-anak gak buka sosial media," pungkas Made Dyah.

Meskipun demikian, Inem Jogja tetaplah Inem Jogja, menurut Made Dyah Inem Jogja merupakan bentuk rasa syukurnya kepada Tuhan yang Maha Esa atas apa yang sudah diberikan.

“Viral Inem itu bukan hitungan detik, akan terus kalau tidak viral gak masalah, karena bagi saya cara saya inem Jogja saya buat ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya ekspresikan pada Inem Jogja,’’ tutur Made Dyah.

Kontributor : Abdus Somad

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI