Suara.com - Kedutaan Besar Rusia di Indonesia mengeluarkan pernyataan yang menegaskan pemerintahnya tidak mencampuri pemilu di Indonesia. Sebeb Calon Presiden Joko Widodo atau Jokowi menuding konsultan asing dalam berpolitik cenderung tidak memikirkan dampaknya bagi rakyat, salah satunya dengan teori propaganda Rusia.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi di Solo, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019) kemarin.
Pada akun twitter resmi Kedubes Rusia di Indonesia @RusEmbJakarta, Senin, disebutkan bahwa istilah propaganda Rusia direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Menurut pemerintah Rusia, istilah itu sama sekali tidak berdasarkan pada realitas.
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," tulis Kedubes Rusia dalam cuitan itu.
Baca Juga: Grab Nonaktifkan Akun Mitra yang Lecehkan Penumpang Berusia 14 Tahun
Kedubes Rusia menutup rangkaian cuitan tersebut dengan unggahan foto Presiden Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Jokowi saat Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN - Rusia di Singapura, November 2018.
Dalam pidato capres nomor urut 01 di Pabrik Gula Colomadu, Solo, Jokowi menyebutkan bahwa teori propaganda Rusia dilakukan dengan menyemburkan dusta atau hoaks sebanyak-banyaknya untuk membuat masyarakat ragu.
Sebelumnya, tuduhan adanya keterlibatan pihak Rusia dalam salah satu tim kampanye capres muncul saat capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pidato kebangsaan pada 14 Januari 2018.
Saat itu, muncul video viral Prabowo berjalan dengan pria asing yang diduga konsultan politik Amerika Serikat Rob Allyn, wakil duta besar Rusia untuk Indonesia, hingga pengusaha Rusia Ariel Israilov.
Baca Juga: Startup Rusia Mau Pasang Iklan di Ruang Angkasa
Kedubes Rusia juga telah membantah pria tersebut wakil duta besar mereka di Indonesia. (Antara)