Suara.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyayangkan sikap sebagian perempuan Indonesia yang dinilainya tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki bangsa. Hal ini disampaikan Megawati saat memberikan sambutan di acara hari ulang tahunya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Rabu (23/1/2019).
"Saya bilang kenapa perempuan Indonesia enggak mau seperti saya. Bukan mau meyombongkan diri tapi saya the only one. The only presiden in Indonesia yang perempuan," ujar Megawati.
Mendengar pernyataan Megawati, tamu undangan yang hadir kemudian memberikan tepuk tangan kepada Megawati. Namun Megawati mengaku tidak senang mendapat tepuk tangan karena statement tersebut.
"Sebetulnya saya kalau diteriaki gini, ditepuk tepuk (tangan) enggak senang. Harusnya perempuan Indonesia mau meniru kenapa bisa terjadi seperti itu," kata Megawati.
Baca Juga: Survei Indikator: Basis Pemilih Jokowi - Maruf Amin Tak Solid dan Terpecah
Megawati kemudian menyarankan pada perempuan Indonesia untuk melihat sepak terjangnya dalam membangun bangsa dalam buku "The Brave Lady". Buku itu diresmikan bersamaan dengan HUT Megawati saat ini.
Dalam kesempatan ini, Sekjen PDIP Hasto Kristianto mengatakan Buku ini berisi rekam jejak dan buah pemikiran Megawati untuk bangsa saat menjabat sebagai presiden, bahkan hingga sekarang.
"Megawati Seokarnoputri melalui rekam jejak pemikiran, keputusan, dan dinamika kepemimpinan di masa krisis tampil dalam karya buku berjudul 'The Brave Lady', mengungkap cara pandang kabinet royong terhadap kepemimpinan Megawati," ujarnya melalui keterangan tertulisnya.
Buku ini juga menyajikan beberapa pandangan para menteri yang pernah menjabat di era Megawati. Pandangan - pandangan tersebut mengenai bagaimana Megawati memerintah bangsa.
"Seluruh dinamika dan dialektika atas berbagai persoalan bangsa dibawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri disajikan dalam buku The Brave Lady, yang akan diluncurkan di Hotel Sahid, Jakarta, bertepatan dengan HUT Megawati Soekarnoputri” terangnya.
Baca Juga: Abu Bakar Baasyir Ikhlas Tidak Jadi Dibebaskan Jokowi