Ingat Mati Saat Mabuk, Anak Punk Ini Pilih Bertaubat

Senin, 21 Januari 2019 | 18:39 WIB
Ingat Mati Saat Mabuk, Anak Punk Ini Pilih Bertaubat
Tri Marzuki, mantan anak punk saat belajar membaca Iqra di Masjid Nur Hidayah. (Solopos.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski tampak tato kecil di leher bagian kiri, Tri Marzuki sangat khusyuk membacar Iqra dalam acara mengaji yang digelar Komunitas Sinau Ngaji Dinten Rebo Malam (Sindrom) setiap Rabu malam di Masjid Nur Hidayah, Sragen Tengah, Jawa Tengah. Tri sama dengan yang lain. Dia adalah anak punk yang memilih bertobat karena takut mati.

Iqra yang dibaca Tri masih jilid I. Ketika ada bacaan huruf hijaiah yang kurang pas, ia mengulang-ulang dan sambil tertawa sendiri. Hal itu pun membikin remaja lainnya ikut tertawa.

Tri jadi anak punk sejak masih duduk di kelas VIII SMP. Setelah lulus SMP, aktivitas ngepunk Tri semakin menjadi. Ia pernah tidak pulang sepekan saat pergi ke Bandung.

Bagi Tri, punk merupakan gaya hidup dengan solidaritas yang kuat. Telinga kirinya dilubangi, bahkan lubang telinganya sampai sebesar tutup botol minuman berenergi. Tri juga kecanduan tato. Awalnya, hanya tato kaki kiri kemudian merembet ke kedua kaki, tangan, dan sebagian badannya.

Baca Juga: Gerindra Bantah, Sebut Ajat Sudrajat yang Dijatuhi Sanksi DKPP Bukan Kader

"Sekarang telinganya saya jahit. Kalau tatonya masih. Dulu juga mabuk-mabukan. Saya itu tersadar dan taubat setelah ingat mati," kata Tri seperti diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com, Rabu, pekan lalu.

Tri mengaku sempat ketakutan saat dalam kondisi mabuk. Dari ketakutan itu, dia pun lalu memilih bergabung dengan Komunitas Sindrom agar lebih banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama.

"Dalam kondisi mabuk itulah, saya bisa menangis. Bahkan sampai pulang pun masih menangis karena tiba-tiba ingat mati dan takut mati dalam kondisi mabuk. Bayangan mati itu terus membayangi hingga akhirnya saya menghubungi Mas Linggar,” kisah Tri

Linggar mengajak Tri masuk ke Komunitas Sindrom belum lama ini. Sejak masuk di Komunitas Sindrom, Tri merasa nyaman dan akhirnya betah mengaji di komunitas itu.

Linggar pun baru enam bulan bergabung di komunitas yang dibentuk jebolan anak punk asal Gabugan, Tanon, Sragen, Anggar Triyono atau Anggar Melodi pada pertengahan Mei 2018 lalu.

Baca Juga: Kampanye Maruf Amin: Peran Kyai Sepeti Gunung, Tak Terlihat, Tapi Dahsyat

Linggar juga seperti Tri. Linggar dan Tri sama-sama aktif di komunitas vespa kemudian jadi anak punk. Kedua kaki Linggar juga penuh tato. Demikian pula kedua tangannya. Linggar mengaku pernah ikut terlibat dalam peredaran pil koplo, mabuk-mabukan, dan lainnya. Namun semua itu dia tinggalkan setelah bertaubat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI