Ia menduga, ketujuh ABK itu mendapat tekanan psikologis dari banyak pihak. Karenanya, para ABK selamat kompak menjawab satu kalimat saja saat ditanya media massa mengenai penyebab karamnya KM Multi Prima I: "Kapal dihantam ombak setinggi dua hingga tiga meter”.
"Menurut saya, kalau mereka memberitahukan cerita yang sebenarnya soal kecelakaan itu, kan bisa juga mereka terjerat," duga ABK penyelamat.
Selain dugaan kebocoran kapal, kelaikan KM Multi Prima I untuk berlayar juga menjadi sorotan. Misalnya, Tim SAR Mataram baru mendapatkan informasi kecelakaan kapal pada Sabtu 24 November 2018—dua hari setelah kapal tenggelam.
Dengan demikian, sinyal darurat dari KM Multi Prima I saat kejadian, tidak bisa diterima oleh SAR Mataram.
Baca Juga: Haris Azhar: Sosok Pelanggar HAM Ada di Kubu Jokowi dan Prabowo
Salah satu ABK KM Multi Prima yang selamat, ahum Naibahas alias Riski, mengungkapkan sebelum kapal tenggelam, nakhoda Tarsisius D Atulolong sudah memberi isyarat tanda bahaya melalui telepon radio.
Saat itu, hanya KM Cahaya Abadi yang menerima sinyal tersebut, karena jaraknya tidak jauh dari lokasi tenggelamnya kapal.
Untuk diketahui, ABK KM Cahaya Abadi yang berhasil menyelamatkan tujuh dari 14 ABK KM Multi Prima 1.
Selain sinyal darurat yang tak menjangkau pangkalan Tim Sar Mataram, Riski menjelaskan peralatan life craft di KM Multi Prima I juga tak mengembang saat dilempar ke laut. Sementara sekoci atau perahu penyelamat tidak digunakan karena semua orang saat itu panik.
"Akhirnya kami naik kasur busa yang muat lima orang di laut," ucap Riski.
Baca Juga: Irish Bella ke Ammar Zoni : Aku Tak Sabar Jadi Pendampingmu Selamanya
Berbeda dengan Riski, ABK selamat lainnya yakni Zainal Arifin menduga sekoci tidak diturunkan bukan lantaran kondisi panik, namun rusak.