Ia mencontohkan kapal nelayan yang hilang di Pantura dua tahun silam, yang hingga kekinian belum ditemukan. Tidak ada upaya pemerintah yang signifikan untuk mengawal kasus tersebut.
"Di Pantura, rakyat kecil, rakyat miskin, ke mana mau cari keadilan? Ibu Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan) sudah dimention-mention enggak ada perhatian. Coba kereta, pesawat (diperhatikan). Begitu (kecelakaan) di laut diam," tudingnya.
Tapi, Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Kementerian Perhubungan Juniaidi, membantah pemerintah meremehkan kecelakaan KM Multi Prima I yang korbannya tidak sebanyak kecelakaan pesawat.
"Enggak (meremehkan). Itu sudah dilakukan penyisiran setiap hari. Setiap hari selama dua minggu. Satu minggu belum diketemukan, diperpanjang lagi. Ditambah lagi tiga hari. Kan enggak bisa juga setiap hari," katanya.
Baca Juga: Haris Azhar: Sosok Pelanggar HAM Ada di Kubu Jokowi dan Prabowo
Kalimat yang Hilang Setelah Selamat
Tenggelamnya KM Multi Prima I benar-benar menyisakan sejumlah tanya. Satu pertanyaan yang muncul di kalangan keluarga korban adalah, dugaan kebocoran pada kapal sebelum berangkat dari Surabaya menuju Waingapu, NTT.
Dugaan ini merebak setelah terdapat cerita dari seorang anak buah kapal (ABK) yang kali pertama ikut menyelamatkan ABK korban selamat KM Multi Prima I.
Jurnalis Suara.com menemui ABK kapal yang ikut membantu evakuasi korban selamat KM Multi Prima I tersebut. Ia bersedia berbagi cerita dengan syarat seluruh identitasnya tak dimunculkan.
"Saya ikut mengevakuasi ABK KM Multi Prima yang selamat. Kata mereka, ada kebocoran di lambung kapal dan kelebihan muatan, sempat ditambal soda api. Cuma juga kurang bagus, jadi nahas-lah," ujarnya.
Baca Juga: Irish Bella ke Ammar Zoni : Aku Tak Sabar Jadi Pendampingmu Selamanya
Namun, ia mengakui, keterangan tersebut berubah ketika 7 ABK Multi Prima yang selamat telah dievakuasi ke Probolinggo, Jawa Timur.