Tragedi Kapal Multi Prima I, Potret Kecelakaan yang Kalah Kelas

Tim Liputan Khusus Suara.Com
Senin, 14 Januari 2019 | 16:07 WIB
Tragedi Kapal Multi Prima I, Potret Kecelakaan yang Kalah Kelas
[Suara.com/Aldie Syaf Bhuana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selang sehari setelah meminta izin keluarga, persisnya Sabtu 27 Oktober 2018, Pande secara khusus memanggil Ummi, putri kesayangannya dan sang istri.

”Kami kira, bapak memutuskan untuk tak berlayar. Ternyata kami salah. Bapak bilang tiket sudah dibeli oleh pemilik kapal. Aku sudah bilang, uangnya akan kukembalikan. Tapi bapak tetap mau berangkat, ya Allah,” tuturnya.

Tangis Ummi dan sang ibu kembali pecah di hadapan Pande. Berkali-kali mereka meminta Pande tak berlayar. Tapi, panggilan samudera kepada sang pelaut tua sungguh menggoda.

”Dia bilang, panggilan untuk kembali berlayar itu adalah hadiah, rezeki dari yang maha kuasa. Tidak boleh ditolak,” kata Ummi yang juga jurnalis Suara.com ini.

Baca Juga: Haris Azhar: Sosok Pelanggar HAM Ada di Kubu Jokowi dan Prabowo

Ummi menangis sejadi-jadinya mendengar ketetapan hati sang ayah. Upaya untuk memperingati Pande bahwa musim penghujan di penghujung tahun sudah tiba sehingga laut tengah ganas-ganasnya pun ditepis.

Kepada Ummi, Pande hanya berpesan: ”ikhlaskan kepergian bapak untuk berlayar, semoga diberi kelancaran. Tak akan lama, hanya dua atau tiga bulan.”

”Kepadaku, bapak hanya berpesan jangan lupa salat. Pesan itu yang selalu kuingat,” tutur Ummi.

Ummi mengakui, seumur hidup tak bakal melupakan hari Minggu, 28 Oktober itu. Ia sempat mengantarkan sang ayah ke Stasiun Senen, jakarta Pusat.

Kala itu, Ummi juga membawakan jaket dari indekosnya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, yang dimintakan Pande.

Baca Juga: Irish Bella ke Ammar Zoni : Aku Tak Sabar Jadi Pendampingmu Selamanya

Pande ingin, jaket pemberian Ummi itu lekat pada badannya saat melaut, untuk menahan hawa dingin dan pula hawa rindu keluarga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI