Suara.com - Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais menilai jargon Revolusi Mental yang digaungkan Presiden Jokowi tak memunyai kejelasan dalam praktik.
Bahkan, Amien Rais menyebutkan rezim pemerintahan Jokowi malah menetaskan budaya baru, yakni budaya tipu-tipu atau lying culture.
Pada awal pemerintahan Jokowi, Amien mengakui revolusi mental adalah wacana baik. Sebab, ia teringat Presiden pertama RI Soekarno juga mengedepankan revolusi mental.
Namun, Amien kekinian menilai revolusi mental yang digaungkan Jokowi malah tidak jelas lantaran tidak memiliki dokumen otentik yang bisa menjelaskan detail konsep tersebut.
Baca Juga: Ingin Ibunya Bahagia, Bocah 10 Tahun Ini Nekat Bunuh Diri
"Menurut saya revolusi mental Pak Jokowi itu memang tidak jelas, tidak ada dokumen otentik yang mengenai (itu), apa sih maksudnya?" kata Amien dalam acara peluncuran bukunya 'Hijrah, Selamat Tinggal Revolusi Mental, Selamat Datang Revolusi Moral' di kawasan Jalan Daksa I, Jakarta Selatan, Jumat (11/1/2018).
Amien juga mengatakan, selama ini rezim Jokowi tidak terlihat memiliki kompas moral dalam memimpin negara. Padahal, kompas moral itu sangat diperlukan bagi seorang pemimpin.
Moral yang dimaksudnya ialah kemampuan seseorang bisa membedakan salah maupun benar. Kapasitas untuk itu, kata Amien, tak dimiliki Jokowi, sehingga kala melakukan kebohongan, tidak akan dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya.
"Sepertinya enteng kalau orang tidak punya kompas moral, berjanji sebanyak mungkin, itu enggak apa-apa. Kemudian bohong juga enggak apa-apa, karena enggak punya kompas moral, kemudian jadi permisif," ujarnya.
Karena itulah, Amien menilai rezim Jokowi malah melahirkan budaya baru, yakni budaya tipu-tipu.
Baca Juga: Analis Politik: Debat Capres - Cawapres Hanya Pengaruhi Swing Voters
"Jadi ini yang menyebabkan lantas di masyarakat bangsa kita ini muncul semacam a new culture, budaya tipu-tipu. Lying culture, budaya menipu," pungkasnya.