9 Juta Orang Masih Percaya Isu PKI, Jokowi Syok

Rabu, 09 Januari 2019 | 19:31 WIB
9 Juta Orang Masih Percaya Isu PKI, Jokowi Syok
Presiden Jokowi curhat isu PKI yang masif di media sosial. (Suara.com/Ummi Haedah Saleh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku syok lantaran masyarakat masih banyak yang termakan isu dirinya merupakan kader Partai Komunis Indonesia. Bahkan, totalnya yang masih percaya isu PKI itu terbilang besar.

Berdasarkan hasil survei, kata Jokowi, sebanyak 9 juta orang masih mempercayai dirinya merupakan keturunan organisasi berpaham marxis tersebut.

"Kalau kita blak-blakan seperti ini. Saya jawab ini, kenapa saya jawab karena di survei 9 juta orang percaya itu. Waduh saya kaget juga, jadi saya jawab juga empat tahun saya diam saja, ini saya jawab, 9 juta percaya," ujar Jokowi saat berpidato di acara penyerahan sertifikat tanah untuk rakyat di Gedung Serbaguna Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (9/1/2019).

Dalam acara tersebut, Jokowi juga menampilkan sebuah foto yang memperlihatkan pria mirip dirinya yang berdiri di dekat mimbar saat Ketua PKI DN Aidit berpidato pada Pemilu 1955. Jokowi mengaku heran foto editan mirip dirinya itu berada di dekat mimbar saat Aidit berpidato. Sebab pada tahun tersebut, dirinya belum lahir.

Baca Juga: KLHK: Limbah Tambang Emas Freeport Bisa Jadi Bahan Batako

"Apalagi di medsos ada gambar ini. Nah ini namanya DN Aidit Ketua PKI, dia pidato saat pemilu 1955 pidatonya, lah kok. Coba rekayasa-rekayasa seperti ini saya harus ngomong kalau enggak nanti percaya. Lahir saja belum sudah dipasang. Saya lahir 1961, pidato (DN Aidit) 1955, saya lihat di HP saya lah kok wajahnya persis saya, saya lihat-lihat bener wajah saya," kata dia.

Terkait isu tersebut, capres petahana itu mengimbau seharusnya media sosial digunakan untuk hal yang bermanfaat, bukan digunakan untuk menyebar hoaks. Ia pun berharap cara-cara politik tersebut segera diakhiri.

"Inilah namanya medsos harusnya bermanfaat, kita mendapatkan informasi yang baik, kita dapat informasi yang mencerahkan tapi kalau yang muncul seperti tadi itu bukan etika Indonesia, bukan tata krama Indonesia, cara-cara politik seperti itu bukan cara yang beretika. Saya rasa cara-cara seperti itu harus kita akhiri , kita sudahi," ucap Jokowi.

"Kita harus masuk ke sebuah pikiran yang kita mulai berpikir bagaimana bersaing dengan negara lain. Kita mulai berpikir bagimana berkompetensi dengan negara lain, karena kita punya kompetensi besar mempunyai kekuatan besar untuk bisa bersaing itu," sambungnya

Baca Juga: Tak Memenuhi Syarat, Anies Lelang Ulang 4 Jabatan Kepala SKPD

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI