Suara.com - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar mengaku pernah diteror seperti yang dialami oleh dua pimpinan KPK saat ini, Wakil Ketua KPK Laode M Syarif dan Ketua KPK Agus Rahardjo. Namun bukan teror bom.
Antasari mengatakan pemenjaraan dirinya karena kasus pembunuhan berencana Direktur PT PRB Nasrudin Zulkarnaen Iskandar 15 Februari 2009 lalu dinilai sebagai aksi teror ke KPK. Antasari mendoakan Laode dan Agus selamat dari teror bom itu.
"Saya pikir dengan memenjarakan saya, selesai. Rupanya masih ada juga ya? Mudah-mudahan selamat lah. Kita berdoa mudah-mudahan selamat. Saya yakin KPK diteror pun tidak akan berhenti," kata Antasari di Kantor Staf Presiden (KSP) Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Antasari Azhar meminta agar KPK tetap memberantas korupsi. Meski dua pimpinannya, Wakil Ketua KPK Laode M Syarif dan Ketua KPK diteror bom.
Baca Juga: Teror Bom Rumah Pimpinan KPK, Antasari: Berantas Korupsi Jalan Terus
Laode dilempar bom molotov, sementara rumah Agus ditemukan bom pipa. Antasari berharap KPK meneruskan pekerjaan pemberantasan korupsi dan tidak takut terhadap teror pascaperistiwa pelemparan bom ke rumah dua pimpinan KPK.
"Dulu waktu saya masuk, saya katakan walau saya masuk hari ini, berantas korupsi jangan berhenti. Jalan terus kan, makanya tidak bisa diteror, KPK tidak akan bisa diteror," kata Antasari di Kantor Staf Presiden (KSP) Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Di rumah Agus yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, polisi menemukan barang bukti berupa pipa paralon, detonator, sikring, kabel warna kuning, paku ukuran 7 cm, serbuk putih, baterai, dan tas.
Sedangkan rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Jalan Kalibata Selatan, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal. Penemuan bom itu terjadi sekitar pukul 05.30 WIB.
Dari rekaman CCTV, sekitar pukul 01.00 WIB, tampak orang mencurigakan melakukan aktivitas di depan rumah Laode.
Baca Juga: Teror Bom Molotov di Rumah Pimpinan KPK, Wiranto: Jangan Ribut
Hingga saat ini pihak KPK belum memberikan komentar mengenai penyerangan tersebut. (Antara)