Suara.com - Hari Minggu (6/1) akhir pekan lalu seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam kenangan Ang dan FDL. Mereka menggelar resepsi pernikahan pada hari itu.
Namun, pesta tersebut justru berubah menjadi sangat memalukan gara-gara wedding organizer MGD yang dikelola RIY kabur. Alhasil, pesta itu berantakan, dan tetamu yang hadir tak mendapat makan.
Kedua keluarga besar mereka menggelar resepsi pernikahan Ang dan FDL di Gedung Sukaria, Lemabang, Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Namun, saat pesta berlangsung, WO yang mengurus resepsi itu mendadak menghilang. Karenanya, rangkaian acara pesta terbengkalai. Ribuan tamu yang datang terpaksa pulang dengan perut keroncongan.
Baca Juga: Kemkominfo: Baru 4.711 Pelanggan Bolt Terima Refund
"Saya bingung kenapa bisa begini. Kami sudah membayar lunas. Sudah pula ada kesepakatan,” kata Ang saat ditemui di rumahnya, Sako, Palembang, Selasa (8/1/2019).
Ia menuturkan, mendapatkan rekomendasi dari teman untuk memakai jasa WO MGD guna menggelar resepsi pernikahan.
Setelah kedua belah pihak menandatangani kontrak, terdapat kesepakatan Ang akan melunasi biaya pesta satu pekan setelah acara selesai.
”Tapi Uut (pengelola WO MGD) meminta saya membayar lunas seluruh biaya dengan alasan buat membayar sewa gedung,” jelasnya.
Setelah bernegosiasi, kedua belah pihak mencapai persetujuan. WO MGD juga bekerja sesuai kesepakatan, yakni memberikan baju pengantin, persiapan akad nikah, bahkan menyediakan kendaraan pernikahan.
Baca Juga: Soal Hoaks Surat Suara, Moeldoko: Dalangnya Saya Sudah Tahu
Tapi semua itu mendadak berubah saat pesta digelar. Uut dan kru WO mendadak menghilang saat pesta pernikahan dimulai.
Hingga Minggu siang, tak ada kabar dari panitia sewaan tersebut. Tak ada satu pun jenis makanan yang tersedia di meja hidangan.
Ang lantas mencoba menghubungi nomor ponsel Uut, yang mengumbar banyak alasan. Mulai dari sedang mengambil sejumlah baju pengantin, sampai memantau juru masak yang menyiapkan makanan.
Karena tak ada kepastian, pihak keluarga lantas menghubungi sejumlah rumah makan untuk mengantar makanan kepada tetamu.
Tapi, tak ada satu pun rumah makan yang bisa menyanggupi permintaan pesanan makanan berjumlah ribuan tersebut.
Kontributor : Andhiko Tungga Alam