Kabar Kerja Paksa Mahasiswa, Nasir: Isu Panaskan Politik di Taiwan

Sabtu, 05 Januari 2019 | 02:05 WIB
Kabar Kerja Paksa Mahasiswa, Nasir: Isu Panaskan Politik di Taiwan
Menristek Dikti Muhammad Nasir. (Suara.com/Adam Iyasa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menjamin tidak ada mahasiswa Indonesia yang dipekerjakan paksa di Taiwan. Menurut telusurnya, isu itu muncul karena dipakai untuk kepentingan politik menjelang pemilihan presiden di Taiwan.

"Sudah saya cek, itu isu untuk memanaskan bursa politik di Taiwan. Untuk menghancurkan lawan politik dalam pemilihan presiden di Taiwan," kata Mohamad Nasir, di Universitas Diponegoro Semarang, Jumat (4/1/2019).

Nasir kembali menegaskan jika mahasiswa asal Indonesia yang saat ini berada di Taiwan, tidak tersandung masalah apapun. Kalau pun ada masalah, sebatas pada tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Taiwan yang secara kebetulan mendaftar kuliah disana.

"Kalau soal tenaga kerja itu bukan ranah kami, tapi ranahnya Kemenaker," tandasnya.

Baca Juga: Rocky Gerung: Pers Berusaha Mempolisikan Andi Arief

Nasir justru menyayangkan, adanya isu tersebut saat mendekati proses pemberangkatan mahasiswa Indonesia ke Taiwan pada tahun ini melalui program Taipei Economic and Trade Office (TETO). Ada 320 mahasiswa Indonesia yang akan diberangkatkan pada Januari dan Februari ini.

"Skema seleksinya sudah mulai tahun 2018 lalu, dan akan dikirimkan ke 8 perguruan tinggi disana, dan Maret sampai April kita siap berangkatkan seribu mahasiswa," kata Nasir.

Program TETO sendiri, memiliki sistem pembelajaran yang jelas sesuai aturan di mana selama satu tahun belajar di kampus dan laboratorium, untuk tahun berikutnya baru terjun di dunia industri.

Pihaknya juga membantah, ada mahasiswa muslim asal Indonesia yang dipaksa makan daging babi. Menurut Nasir, Taiwan salah satu negara yang memperlakukan tenaga kerja dan mahasiswa dari Indonesia dengan sangat baik.

"Bebas memilih makanan dan tidak dipaksa untuk makan babi. Kualitas perguruan tinggi disana juga ngga main-main lho, banyak perguruan tinggi yang masuk ranking 500 besar dunia," ujarnya.

Baca Juga: Klaim Tak Bakal Kabur, Demokrat: Kami Siap Antar Andi Arief ke Polisi

Sebelumnya, santer dikabarkan ada sekitar 300-an mahasiswa asal Indonesia yang menjadi korban kerja paksa di Taiwan hingga dipaksa memakan babi. Ratusan mahasiswa tersebut sebelumnya dikabarkan masuk melalui program Taipei Economic and Trade Office (TETO).

REKOMENDASI

TERKINI