"Tolong di cek betul apakah proses pembelajarannya benar atau tidak, karena di Taiwan perguruan tinggi yang baik di kelas dunia banyak juga, jangan sampai kita mengenerate itu bermasalah semua itu Taiwan," ujarnya.
Mahasiswa bukan jalur kementerian
Para mahasiswa yang bekerja paksa di sejumlah perusahaan di Taiwan disebut tidak melalui jalur Kementrian Riset Dikti saat memilih studi lanjut ke Taiwan. Karena ditipu calo itu, kata Nasir akhirnya para mahasiswa bekerja pada perusahaan di Taiwan.
"Itu adalah mahasiswa yang tidak melalui jalur dari Kementerian Ristek Dikti. Dengan kata lain, dia melalui calo-calo itu, dimana calo dia berangkat ke sana sendiri ditawarin bisa masuk di perguruan tinggi sana, ternyata tidak bisa diterima," ucap Nasir.
Karena tak ada hubungan resmi diplomatik dua negara, saat ini pihaknya mengupayakan koordinasi antara Kamar Dagang Indonesia (KDI) di Jakarta dengan lembaga Taipei Economic and Trade Office (TETO). Kemenristekdikti juga tengah melacak dari program studi lanjutan ke Taiwan itu apakah berasal dari sekolah lulusan mereka atau dari kampus.
"Mereka yang lulus sekolah dan lewat agensi, kita tak bisa pegang sangsi, karena itu kewenangan ketenaga kerjaan, ini kami sedang lacak kalau dari kampus atau sekolah ada terjadi maka kami akan cek detailnya program itu benar atau tidak," paparnya.
Sebelumnya perusahaan Taiwan mempekerjakan paksa ribuan mahasiswa asal Indonesia. Mereka dipekerjakan di sejumlah pabrik, termasuk pabrik lensa.
Kabar praktik kerja paksa itu pertama kali diberitakan media lokal Taiwan News. Di mana salah satu anggota parlemen Taiwan bernama Ko Chih-en melakukan investigasi praktik kerja paksa yang melibatkan enam universitas di sana.
Kontributor : Adam Iyasa