BPPT Butuh Rp 5 Miliar untuk Revitalisasi Alat Deteksi Tsunami Selat Sunda

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 03 Januari 2019 | 10:14 WIB
BPPT Butuh Rp 5 Miliar untuk Revitalisasi Alat Deteksi Tsunami Selat Sunda
Ilustrasi pendeteksi gelombang buoy. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Sinyal dari BUOY di tengah laut itu akan semakin intens dalam hitungan detik, mengirimkan sinyal ke pusat data sistem peringatan dini secara real time, jika ada gelombang yang melewatinya. Semakin tinggi dan kencang gelombang, maka sinyal yang dikirim frekuensinya akan semakin rapat dan bisa berkali-kali dalam hitungan detik," ujar Hammam.

Hal ini, menurut dia sangat penting bagi masyarakat yang bermukim di wilayah yang rentan terhadap terpaan bencana, untuk waspada bencana. "Masyarakat di pesisir atau wilayah berpotensi tsunami harus memiliki waktu evakuasi yang cukup.

Untuk itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendeteksi dini yang handal, dalam hal ini ya BUOY disertai teknologi lain seperti kabel bawah laut, maupun pemodelan sebelumnya," kata Hammam.

Lebih lanjut, BPPT tidak hanya mengembangkan BUOY tapi juga kabel bawah laut atau Cable Based Tsunameter (CBT). Sifatnya saling melengkapi dengan BUOY agar deteksi dini tsunami semakin akurat, presisi dan handal.

Baca Juga: Sandiaga Maklum Parpol Pengusung Tak Sumbang Dana Kampanye Pilpres

Ia menambahkan CBT ini telah dikembangkan di beberapa negara dan dimanfaatkan antara lain oleh Kanada, Jepang, Oman dan Amerika Serikat.

Dalam forum komunikasi antarperekayasa CBT di seluruh dunia, disepakati juga bahwa teknologi ini menjadi pilihan alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh buoy, yakni vandalisme dan mahalnya buoy.

"Saat ini selain persiapan membangun BUOY Merah Putih, BPPT juga telah menyiapkan kabel bawah laut sepanjang 3 kilometer. Kami harap yang kami lakukan ini mendapat dukungan pemangku kepentingan strategis," lanjutnya.

Sebagai informasi untuk ketiga BUOY revitalisasi ini akan dipasang di sekitar Pulau Anak Krakatau, Bengkulu dan arah Pelabuhan Ratu, sebagai wilayah yang diduga merupakan zona subduksi. (Antara)

Baca Juga: Di Luar Dugaan! Ditemukan Spesies Baru Evolusi DNA 3 Makhluk Sekaligus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI