Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief dikenal lantang bersuara. Khususnya melalui akun media sosial Twitter miliknya @AndiArief_. Tak jarang, kicauan politisi Demokrat itu tak hanya membuat heboh media sosial, namun juga para politisi.
Terkini adalah cuitan soal kabar adanya tujuh kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Pelabuhan Tanjung Priok. Sontak, cuitan sang politisi Demokrat itu langsung ramai dan bikin heboh warganet.
Cuitan Andi tersebut ditulisnya pada Rabu (2/1/2018) pukul 20.05 WIB. Dalam tulisannya itu Andi meminta agar ada pihak yang mau mencari kebenaran atas adanya informasi yang beredar terkait dengan kecurangan Pemilu 2019.
"Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya. Karena kabar ini sudah beredar," kicau Andi Arief.
Baca Juga: Alasan Anies Tak Kunjung Teken Pergub Larangan Penggunaan Plastik
Namun belakangan, cuitan itu dihapus dari Twitter. Karena ternyata, setelah dicek oleh KPU, dipastikan kabar itu adalah bohong alias hoaks. Terkait berita-berita yang beredar di media sosial itu, KPU sudah meminta agar polisi mengusut siapapun yang ikut menyebarkan informasi hoaks tersebut.
Mahar Rp 500 M hingga Jenderal Kardus
Jauh sebelum cuitan soal 7 kontainer surat suara, Andi Arief juga sempat membuat 'panas' suhu politik jelang pendaftaran capres dan cawapres pada Agustus 2018 lalu.
Kala itu, pada Rabu (8/8/2018) malam Prabowo Subianto tengah membahas bersama partai koalisi PAN dan PKS soal siapa sosok yang bakal dipilih sebagai cawapres. Saat itu, nama putra Ketum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimuti Yudhoyono (AHY) digadang-gadang sebagai capres Prabowo selain Ustaz Abdul Somad, Anies Baswedan.
Namun belakangan, justru nama Wagub DKI Jakarta, Sandiaga Uno yang muncul dan kuat bersanding dengan Prabowo.
Baca Juga: Update Longsor Cisolok Sukabumi: 20 Korban Belum Ditemukan
Kondisi itu membuat gerah Demokrat, terlebih Andi Arief menyebut bahwa Sandiaga Uno menggelentorkan uang Rp 500 miliar untuk PAN, dan PKS demi memuluskan jalannya menjadi cawapres Prabowo.