Suara.com - Warga korban bencana gempa Palu di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah mengalami kesulitan air. Mereka masih berada di pengungsian.
Kebanyakan dari mereka rumah ditelan lumpur karena likuifaksi saat gempa Palu.
"Susah air untuk mandi dan minum dan sebagainya. Apalagi sudah jarang bantuan air yang biasa dibawa oleh mobil tangki," ujar RT 1/RW 5 Kelurahan Petobo Abd Naim, di Palu, Rabu (2/1/2018).
Kesulitas air bukan baru terjadi atau baru dialami warga, melainkan telah lama dialami oleh warga korban gempa dan tsunami kurang lebih 3 bulan hingga saat ini.
Baca Juga: Verlita Evelyn Sumbang Kapal untuk Nelayan Korban Gempa Palu dan Donggala
Sekitar 1.642 kepala keluarga atau 3.800 jiwa korban terdampak gempa dan likuifaksi Kelurahan Petobo yang saat ini berada di lokasi pengungsian di jalan Jepang atau sebelah timur dari area likuifaksi.
Naim mengakui bahwa wilayah yang ditempati oleh korban di pengungsian saat ini, merupakan wilayah/daerah yang kering, tandus, sehingga sulit untuk mendapat air.
Untuk mendapat air, menurut dia, warga harus menggali tanah dengan alat dan mesin dengan kedalaman bervariasi mulai dari 50 meter hingga 100 meter.
"Kami sangat berharap agar kesulitan ini segera dicarikan solusinya oleh pemerintah. Pemerintah harus menyediakan air bersih untuk korban," katanya.
Dia mengatakan agar kebutuhan air bersih terpenuhi, warga harus rela pergi ke kompleks perumahan jingga land dan beberapa perumahan lainnya yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi pengungsian atau hunian sementara (huntara) menumpang mandi, mencuci dan menimbah air untuk di konsumsi.
Baca Juga: Istri - istri Petinggi TNI Sumbang Korban Gempa Palu Rp 3 Miliar
Ia mengatakan warga juga menyesalkan ulah oknum yang melakukan tindakan a-moral, tindakan tidak terpuji yaitu korupsi dana SPAM untuk korban bencana termasuk di Palu.