Suara.com - Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Bandung menggelar bimbingan teknis (Bimtek) yang diikuti puluhan Kelompok Tani Teh Menoreh, Kulon Progo, DIY. Kegiatan yang digelar selama 3 hari ini bekerja sama dengan Ditjen Perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) DIY, dan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo.
Ketua Kelompok Usaha Bersama Teh Menoreh, Sukohadi mengatakan, kegiatan ini difokuskan pada materi penanaman hingga bimbingan pasca panen. Kedua materi ini diberikan secara berkala pada 18 poktan yang terdiri dari 327 Kartu Keluarga.
"Jadi, penanaman teh dan panen harus ada konservasi tanah baik karena bisa menghindari terjadinya longsor yang dapat membahayakan warga setempat. Kemiringan sekitar 45 derajat paling tepat ditanami teh dibandingkan untuk pohon yang tinggi seperti sengon," kata Suko.
Menurutnya, bimtek ini juga sekaligus memberi pengetahuan cocok tanam serta tata cara merawat kebun yang baik agar tetap menghasilkan kualitas unggul.
Baca Juga: Ekspor Benih Hortikultura, Kementan Pacu Purwakarta Tingkatkan Mutu
"Di Menoreh ini ada 11 varian teh, seperti original, green tea, white tea, gold tea, yellow tea, jasmine, teh merah dan kualitas teh premium. Semua varian harus unggul karena bisa meningkatkan ekonomi melalui sektor wisata," paparnya.
Menoreh dan Sektor Wisata
Suko mengatakan, sampai saat ini perkebunan Menoreh sudah dikunjungi turis mancanegara dari berbagai negara. Mereka datang hanya sekedar untuk menikmati hamparan agrowisata dan mencicipi kualitas teh Menoreh secara langsung.
"Mereka semua dapat melihat proses pengeringan, pembakaran hingga penyajian teh menoreh. Mereka juga terlihat senang dan antusias dalam setiap edukasi yang dijelaskan," jelas Suko.
Tak hanya wisata, perkebunan Menoreh juga terbuka untuk penelitian. Perkebunan ini sempat menerima tamu spesial Guru Besar dari Universitas Nasional Korea Selatan dan Kamboja yang tertarik melakukan penelitian. Mereka mengaku mengaku takjub dengan pengelolaan pertanian teh Menoreh.
Baca Juga: Cetak Generasi Muda Pertanian, Kementan Gelar Tani On Stage
"Mereka juga mengapresiasi manajemen keluar masuknya teh. Misalnya kalau dulu kan hanya disetorkan ke perusahaan sehingga petani tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Sekarang, petani dengan membawa hasil panennya dapat membeli beras," katanya.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, mengatakan pengelolaan kebun secara baik akan membawa dampak yang segnifikan pada perekonomian melalui peluang kerja bagi anak-anak muda setempat.
"Peningkatan yang sangat signifikan ini dapat membuka peluang kerja bagi anak muda yang belum memiliki pekerjaan. Misalnya seperti 62 karang taruna yang dapat langsung bekerja dengan baik dan tanpa harus keluar dari kampung halaman. Masyarakat yang tidak memiliki kebun teh juga dapat bekerja di tempat edukasi atau dapat menjual produk teh," bebernya.
2019 Tingkatkan Produksi Perkebunan
Bambang juga mengatakan, tahun depan sektor perkebunan akan berupaya untuk meningkatkan produksi dan ekspor. Hal ini mencakup komoditi-komoditi strategis yang diprioritaskan seperti teh, kopi dan kakao.
"Kita terutama masih fokus pada ketersediaan benih komoditas strategis untuk ekspor. Tapi ini tidak termasuk sawit, karena sawit meliliki dananya sendiri dari perhimpunan dana dari sawit untuk sawit," katanya.
Bambang menyebutkan, untuk meningkatkan produksi tersebut, anggaran yang akan dialokasikan mencapai Rp 1 triliun. Dari nilai tersebut, 54 persen diantaranya dialokasikan untuk benih.
"Kalau untuk komoditi lainnya, kita dorong untuk pengembangan dan pembelian benih. Anggaran tahun ini 54 persen kita gunakan untuk benih dan 87 persen anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan dialokasikan di dinas-dinas di daerah," pungkasnya.