Suara.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jumlah korban meninggal akibat tsunami Selat Sunda mencapai 426 orang. Banyak data ganda dalam pendataan korban tsunami Selat Sunda.
Selain korban meninggal tsunami Selat Sunda, Sutopo mengatakan 23 orang juga dilaporkan masih hilang. Sementara 7.202 orang lainnya mengalami luka-luka dan 40.386 orang mengungsi di berbagai tempat yang tersebar.
"Sebelumnya kami sampaikan korban meninggal 430 orang. Ternyata ada korban meninggal yang terdata ganda. Yang tepat data hari ini," kata Sutopo dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat.
Sementara itu, tsunami Selat Sunda juga mengakibatkan kerusakan terhadap sejumlah sarana dan prasarana, yaitu 1.296 rumah, 78 penginapan dan warung, 434 perahu dan kapal, 69 kendaraan roda empat, 38 kendaraan roda dua, satu dermaga dan satu shelter.
Baca Juga: Gara-gara Semrawut, Sekda Pandeglang Mencak-mencak di Posko Tsunami
"Semua data korban dan kerusakan masih sementara. Kemungkinan masih akan bertambah karena ada korban yang belum ditemukan," jelasnya.
Masih banyak material dan puing yang belum diangkut dan belum dilakukan proses pencarian dan pertolongan. Karena itu, sangat mungkin akan ada korban lain yang ditemukan.
"Pendataan akan dipercepat karena terkait dengan bantuan yang akan dikirimkan," ujarnya.
Tsunami Selat Sunda terjadi akibat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12/2018).
Lima kabupaten di dua provinsi terdampak tsunami Selat Sunda tersebut, yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten serta Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus di Provinsi Lampung. (Antara)
Baca Juga: Update Tsunami Selat Sunda: Jumlah Korban Tewas Berkurang, Jadi 462 Orang