Suara.com - PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Bakauheni di Kabupaten Lampung Selatan belum menghentikan pelayanan penyeberangan di Selat Sunda. Sementara ada peringatakan peningkatan status Gunung Anak Krakatau menjadi Siaga Satu atau level III.
Jika akan ada pengehentian pelayanan penyeberangan, KSOP mengumpulkan pihak ASDP dan Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap).
"Gunung Anak Krakatau statusnya memang naik menjadi siaga, terkait pemberhentian pelayanan penyeberangan itu kewenangan KSOP, sampai dengan saat ini belum ada instruksi penghentian pelayanan dari KSOP," kata Syaifullahil Maslul, Humas PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni, di Lampung Selatan, Kamis (27/12/2018).
Menurut dia, pelayanan penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni Kamis ini masih berlangsung lancar.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Siaga, Masyarakat Pesisir Pandeglang Diminta Waspada
Cuaca pun mendukung aktivitas penyeberangan dengan pelayaran menggunakan kapal feri di Selat Sunda ke Pelabuhan Merak (Banten) ini.
"Penyeberangan berjalan lancar dan normal, cuaca pun mendukung, angin tidak terlalu kencang, ombak juga seperti biasa," ujarnya lagi.
Status Gunung Anak Krakatau dinaikan menjadi status siaga atau level III dari sebelumnya waspada atau level II. Sementara jarak bahaya Gunung Anak Krakatau jadi 5 km.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ), Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan dalam radius jarak 5 km dari puncak kawah, wisatawan atau pun masyarakat dilarang mendekat.
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus meningkat. Pada Kamis(27/12) pukul 06.00 WIB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral(ESDM) menaikan statusnya dari waspada menjadi siaga.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Siaga, Jarak Bahaya Diperluas Jadi 5 Km
Menurut pengamatan, selama Kamis ,pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, letusan Gunung Anak Krakatau masih berlangsung. Tremor masih terjadi dengan amplitudo delapan milimeter hingga 32 milimeter dan dominan pada 25 milimeter. Selain itu, juga terdengar dentuman suara letusan.
Sutopo mengatakan, dalam lingkar lima kilometer tersebut berbahaya karena dapat terdampak letusan berupa lontaran batu pijar, awan panas dan abu vulkanik pekat.
Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga menyarankan masyarakat tidak berkegiatan di pantai pada lingkar 500 meter hingga satu kilometer dari pantai untuk menghindari kemungkinan terjadi tsunami kembali.
Sutopo mengimbau masyarakat tetap tenang dan terus meningkatkan kewaspadaan serta memantau informasi dari PVMBG untuk peringatan dini tentang gunung api dan BMKH terkait peringatan dini tsunami. (Antara)