Gunung Anak Krakatau Siaga, Masyarakat Pesisir Pandeglang Diminta Waspada

Kamis, 27 Desember 2018 | 13:17 WIB
Gunung Anak Krakatau Siaga, Masyarakat Pesisir Pandeglang Diminta Waspada
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12).[ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG meminta masyarakat tetap tenang. Namun tetap harus waspada menyusul peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari level II atau status Waspada menjadi level III atau Siaga.

Badan Geologi menginformasikan ada peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari level Waspada ke Siaga maka peringatan kewaspadaan potensi tsunami di wilayah Pantai Selat Sunda dalam radius 500 meter hingga 1 kilometer masih tetap berlaku.

"Mohon masyarakat tetap tenang dan waspada, serta terus memonitor perkembangan informasi kami melalui Aplikasi Mobile Phone Info BMKG serta Aplikasi Magma Indonesia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Kamis (27/12/2018).

"Perkembangan lanjut status kewaspadaan ini masih terus kami pantau dan akan kami informasikan dala. waktu 24 jam ke depan," lanjut dia.

Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Siaga, Jarak Bahaya Diperluas Jadi 5 Km

Terkait peningkatan status Gunung Anak Krakatau PVMBG Badan Gelologi Kementerian ESDM memperluas zona berbahaya dari dua kilometer menjadi lima kilometer. Masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius lima kilometer dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau. Naiknya status Siaga (Level III) ini berlaku terhitung mulai 27/12/2018 pukul 06.00 WIB.

Berdasarkan data PVMBG, Gunung Anak Krakatau aktif kembali dan memasuki fase erupsi mulai Juli 2018. Erupsi selanjutnya berupa letusan-letusan Strombolian yaitu letusan yang disertai lontaran lava pijar dan aliran lava pijar yang dominan mengarah ke tenggara. Erupsi yang berlangsung fluktuatif.

Hasil analisis citra satelit diketahui lereng barat-baratdaya longsor (flank collapse) dan longsoran masuk ke laut. Inilah kemungkinan yang memicu terjadinya tsunami.

Sejak Sabtu (22/12/2018) diamati adanya letusan tipe Surtseyan yaitu aliran lava atau magma yang keluar kontak langsung dengan air laut. Hal ini berarti debit volume magma yang dikeluarkan meningkat dan lubang kawah membesar. Kemungkinan terdapat lubang kawah baru yang dekat dengan ketinggian air laut. Sejak itulah letusan berlangsung tanpa jeda. Gelegar suara letusan terdengar beberapa kali per menit.

Saat ini aktivitas letusan masih berlangsung yaitu berupa letusan Strombolian disertai lontaran lava pijar dan awan panas. Pada Rabu (26/12/2018) kemarin terpantau letusan berupa awan panas dan Surtseyan. (Antara)

Baca Juga: Suara Kencang Gemuruh Gunung Anak Krakatau, Warga Takut Tsunami Susulan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI