Suara.com - Alfin (36) nahkoda kapal nelayan Anne II menuturkan sempat ada kejadian aneh sebelum terjadi tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Aflin mengatakan, ada ribuan hewan tebing berterbangan setelah terjadi letusan Gunung Anak Krakatau yang kemudian disusul terjadinya tsunami.
Afin menuturkan saat terjadinya tsunami dia bersama 10 orang lainnya sedang mencari ikan di sekitar perairan laut Lampung Timur. Kemudian, sekitar pukul 19.00 WIB terjadi letusan dari Gunung Anak Krakatau.
Menurutnya, meski sudah terbiasa melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau ketika melaut, namun kata Alfin, letusan ketika itu terasa lebih kencang dari biasanya.
Setelah itu, tak lama letusan itu terjadi tiba-tiba sekerumunan hewan tebing tampak berterbangan dari arah Pulau Sebesi, Lampung Selatan. Hewan tersebut tampak memenuhi kapal yang ditumpanginya.
"Enggak lama setelah ada letusan Krakatau itu hewan tebing pada terbang masuk ke kapal. Ada banyak itu mah ribuan kali. Biasanya kalau ada bencana, hewan memang instingnya lebih kuat dari manusia," tutur Aflin saat di temui di Dermaga Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis (27/12/2018).
Menurut Alfin, setelah terjadi letusan arus air laut juga tiba-tiba kencang. Disusul, langit yang kemudian semakin gelap.
"Terus cuaca mulai ekstrim tuh angin kencang, arusnya juga makin kencang. Mungkin kalau diperkirakan sekitar 15 km/jam lah. Pancingan kita aja keseret semua," imbuhnya.
Menurut Alfin, dirinya baru mengetahui bahwa telah terjadi tsunami sekitar pukul 22.00 WIB. Alfin mengetahui kabar tersebut melalui radio.
Sesaat dirinya ingin kembali ke Dermaga Muara Angke, tiba-tiba mesin kapal mati. Hal itu, lantas membuat Alfin dan rekan-rekannya semakin khawatir.
"Wah pokoknya itu makin bikin kita takut saja. Tapi kita sudah banyak-banyak berdoa saja dah itu mah," ujarnya.
Alfin mengatakan, dirinya bersama 10 rekannya baru tiba di Dermaga Muara Angke pada Rabu (26/12) malam. Sejatinya, kata Alfin jika kondisi normal jarak tempuh dari Lampung Timur ke Muara angke hanya sekitar sehari semalam saja.
Namun, kondisi mesin yang mati memaksa dirinya hanya mengandalkan arah angin untuk kembali menepi ke daratan.
"Biasanya mah paling sehari semalam. Ini kita tiga hari tiga malam cuma ngendelin angin saja itu mah," pungkasnya.