Solihat, perempuan berusia 40 tahun, mengakui kepada Jamie merupakan salah satu dari selfie-seekers. Solihat rela menempuh perjalanan selama dua jam dari tempat tinggalnya di Cilegon.
Ibu-ibu itu menuturkan, ia bersama kelompk pengajian Cilegon untuk memberikan sumbangan berupa pakaian untuk korban tsunami.
"Kami berfoto untuk diunggah ke Facebook, sebagai bukti bahwa kami benar-benar di sini dan memberikan bantuan," kata Solihat kepada Jamie.
Namun, Solihat memprotes tatkala dinilai tak baik berfoto selfie di kawasan bencana. Solihat mengakui, banyak orang yang menilai selfie di tempat bencana sebagai ketololan.
Baca Juga: Ini Tiga Misi Utama Lee Chong Wei di Tahun 2019
Tapi bagi dirinya, seperti yang diakui Solihat kepada Jamie, berfoto selfie di lokasi bencana justru untuk membuat orang lain bisa bersyukur.
"Ketika orang melihat foto-foto kehancuran ini, maka mereka akan menyadari merupakan orang beruntung, karena ada di tempat yang lebih baik. Ini mengingatkan orang untuk bersyukur. Lagipula, foto kehancuran akibat bencana akan mendapatkan banyak like,” tutur Solihat.
Sejak Sabtu kelabu, banyak mayat korban tsunami terhanyut di pantai dan jalan-jalan Provinsi Banten. Tempat-tempat itulah yang menjadi lokasi selfie banyak orang.
Alhasil tedapat fenomena kontras, tatkala kendaraan-kendaraan tim SAR dan regu-regu penyelamat dari warga sipil berseliweran, melewati orang-orang yang selfie.
Jamie lantas bertanya kepada Solihat, apakah pantas berfoto selfie di lokasi yang besar kemungkinan masih ada mayat belum ditemukan?
Baca Juga: Steve Emmanuel Penyelundup Narkoba?
“Itu tergantung pada niat Anda. Jika Anda mengambil selfie untuk pamer, maka jangan lakukan itu. Tetapi jika Anda melakukannya untuk berbagi kesedihan dengan orang lain, tidak apa-apa."