"Untungnya, dia melihat saya dan menarik saya keluar dari gelombang. Kami lantas berlari ke tempat yang lebih tinggi dengan tetangga lain," katanya.
"Saat itu gelap gulita. Kalau dipikir-pikir, aku tidak tahu apakah bisa berlari secepat itu dalam kondisi hamil. Itu sangat menakutkan. Kami menunggu beberapa jam di tempat tinggi, sampai tsunami surut.”
Aku Tak Bisa Bangun Kembali
Nun di seberang Pulau Sumatera, di Banten, Saki berdiri di tengah-tengah reruntuhan yang dulunya adalah Desa Sumber Jaya. Ia bertanya-tanya, bagaiamana dirinya akan mendapatkan hidupnya kembali seperti sediakala.
Baca Juga: Thailand Jadi Negara Asia Tenggara Pertama yang Legalkan Ganja
"Saya tidak bisa membangun kembali semua yang dulu pernah ada. Semuanya hilang. Pakaian saya, uang saya,” kata Saki.
"Saya punya tabungan Rp 19 juta di dalam rumah. Kini entah kemana,” kata lelaki berusia 60 tahun itu.
Kini, Saki mengakui hanya memiliki kopiah, sehelai kaos oblong, dan sarung.
"Saya tidur di masjid dan setiap hari saya kembali ke sini untuk mencari uang saya di balik reruntuhan rumah. Tapi, semuanya belum ditemukan.”
Dua orang terbunuh dan setidaknya 20 rumah hancur di lingkungan tempat tinggal Saki. Jalan-jalan di Desa Sumber Jaya berlumpur, sebagian lagi masih terendam banjir rob, dan tertutup puing-puing.
Baca Juga: Mulai 17 Januari 2019, Debat Capres - Cawapres Bisa Disaksikan di TV Ini
Tampak di sana-sini terdapat gundukan kayu, sampah, dan batu bata yang hancur. Tentara membersihkan daerah itu dengan bantuan alat berat.