Suara.com - Jumlah korban meninggal akibat tsunami Selat Sunda mencapai 430 orang. Selain itu 1.495 orang luka-luka.
Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan sebanyak 21.091 mengungsi pasca tsunami Selat Sunda.
"Sebanyak 430 meninggal dunia, 1.495 orang luka-luka, sementara yang mengungsi 21.091 orang," kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta, Rabu (26/12/2018).
Sementara itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan peluang hujan di wilayah Pandeglang masih tinggi dengan intensitas lebat dan ringan juga disertai petir.
Baca Juga: Prabowo Berdoa untuk Keluarga Korban Tsunami Selat Sunda: Terus Bersemangat
Kepala Seksi Data BMKG Serang, Tardjono mengatakan potensi hujan itu terjadi pagi, siang, sore, malam hingga dini hari. Karena itu, masyarakat diminta mewaspadai banjir dan longsor. Disamping itu juga tiupan angin cukup tinggi hingga 20 kilometer per jam dan bergerak dari Barat Daya hingga Barat.
Sedangkan, ketinggian gelombang Perairan Selat Sunda bagian Selatan berkisar 0,75 meter sampa 1,25 meter dan Selatan Banten antara 0,75 meter sampai 2,5 meter dan gelombang bergerak dari Barat Daya hingga Barat.
"Kami minta warga tetap waspada menghadapi cuaca buruk itu," kata Tardjono di Posko Utama Bencana Tsunami di Labuan, Rabu (26/12/2018)
Petugas dan relawan juga diminta mewaspadai saat melakukan evakuasi karena gelombang masih tinggi disertai angin kencang pasca tsunami Selat Sunda.
Kewaspadaan itu guna menghindari kecelakaan laut, terlebih pantauan satelit radar BMKG hingga kini Gunung Anak Krakatau masih aktif mengeluarkan erupsi dan semburan abu vulkanik. Ketinggian semburan abu vulkanik mencapai 10 kilometer dari permukaan laut dengan sebaran Barat Daya hingga Barat.
Baca Juga: Marko Simic Lelang Jersey untuk Bantu Korban Tsunami Selat Sunda
"Kami berharap petugas, relawan dan masyarakat pesisir tetap waspada menghadapi cuaca yang kurang bersahabat itu," katanya.