Ilmuwan Waspadai Tsunami Susulan di Selat Sunda Masih Tinggi

Senin, 24 Desember 2018 | 15:11 WIB
Ilmuwan Waspadai Tsunami Susulan di Selat Sunda Masih Tinggi
Foto udara kerusakan akibat tsunami Selat Sunda di wilayah pesisir Pandeglang, Banten, Minggu (23/12). [ANTARA FOTO/HO-Susi Air]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tsunami menerjang wilayah pantai di Selat Sunda, Banten, pada Sabtu, pukul 21.27 WIB, memasuki akhir tahun ini Indonesia merasakan duka cukup mendalam dengan tragedi tsunami Selat Sunda yang menghantam kawasan pesisir Kabupaten Padeglang di Banten, dan Lampung Selatan, Sabtu (22/12).

Sejumlah ilmuwan mengingatkan untuk tetap waspada menyimak aktivitas Gunung Anak Krakatau yang belum stabil dan terus bergejolak.

Tsunami yang diperkirakan disebabkan oleh peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau ini juga menyebabkan kerusakan pada 611 unit rumah, 69 penginapan dan 420 perahu.

Sejauh ini hingga 24 Desember, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis mencatat jumlah korban sebanyak 281 orang meninggal, 1.016 luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang terpaksa mengungsi. Masing-masing korban tersebar di 5 titik kabupaten yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Baca Juga: Merek Fesyen Premium Kena Semprot Karena Dugaan Rasis

''Kemungkinan tsunami susulan di Selat Sunda masih tinggi sebab Gunung Anak Krakatau tengah memasuki fase aktif,'' ujar Richard Teeuw, ilmuwan dari Portsmouth University, Inggris, seperti dikutip Guideku.com dari AFP.

Tak hanya itu, para ilmuwan juga mengkhawatirkan kemungkinan terburuk macam letusan gunung berapi di dalam laut yang dapat meningkatkan volume air dan menghasilkan gelombang tsunami menilik laman International Tsunami Information Center UNESCO.

Dalam sejarahnya, Gunung Krakatau tercatat pernah memberikan andil letusan gunung api laut terbesar dalam sejarah Indonesia pada 26 Agustus 1883.

Letusan tersebut menghasilkan gelombang pasang setinggi 41 meter dan menewaskan lebih dari 35 ribu jiwa.

Aktivitas Gunung Anak Krakatau pun terus dipantau sejak Juni 2018.

Baca Juga: Jelang Misa Malam Natal, Tim Gegana Melakukan Penyisiran di Gereja Katedral

Tercatat dari Oktober hingga November 2018 Gunung Anak Krakatau menghasilkan sejumlah erupsi besar dan statusnya bergeser menjadi waspada.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI