Suara.com - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan tercatat sebanyak 23 peserta family gathering PLN meninggal dunia karena terseret tsunami Selat Sunda. Data itu berdasarkan update tsunami Selat Sunda hingga pukul 14.00 WIB.
Peserta family gathering merupakan rangkaian acara dari Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat yang menjadi korban bencana tsunami di Tanjung Lesung pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, I Made Suprateka menjelaskan korban selamat berjumlah 137 orang, termasuk korban luka berat. Korban meninggal 23 orang, dan korban terdata.
Namun belum ditemukan atau belum bisa dihubungi sebanyak 65 orang. Total keseluruhan peserta gathering sebanyak 260 orang.
Baca Juga: Tewas Akibat Tsunami, Jenazah Herman Seventeen Akan Dimakamkan di Ternate
"Kami masih terus mendata dan melakukan upaya pencarian korban, kami mohon doanya agar seluruh korban bisa segera ditemukan dalam kondisi selamat," kata Suprateka.
PLN juga telah mengirimkan 36 ambulans untuk membantu proses evakuasi di lokasi bencana.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa akibat tsunami dan gelombang tinggi yang menerjang pantai Selat Sunda, bertambah menjadi 43 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya ,mengatakan data sementara hingga pukul 07.00 WIB menunjukkan bencana tersebut telah menyebabkan 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan dua orang hilang.
Sementara jumlah pengungsi masih dalam pendataan. Sebanyak 430 unit rumah, sembilan hotel, dan 10 kapal mengalami rusak berat, sementara puluhan kapal lainnya juga rusak.
Baca Juga: Pasca Tsunami Selat Sunda, Pelabuhan Bakauheni Tetap Dipadati Penumpang
Pandeglang adalah daerah yang paling parah terdampak tsunami, dengan jumlah korban jiwa 33 orang dan 491 orang luka-luka. Sebanyak 400 unit rumah, sembilan hotel dan 10 kapal yang mengalami rusak berat berada di wilayah tersebut.