Suara.com - Sebanyak 30 orang dilaporkan hilang pasca tsunami Selat Sunda atau tsunami Anyer - Lampung, Sabtu (22/12/2018) malam. 26 orang dinyatakan hilang di Serang dan 4 orang hilang di Pandegelang.
“Korban Hilang di Serang berjumlah 26 orang dan Pandegelang Berjumlah 4 orang,” ujar Kepala pusat data informasi dan humas BNPB Sutopo Purwo Nunggoro saat memberikan keterangan pers di gedung BPBD DIY, Minggu (23/12/2018).
Sutopo menerangkan, data korban hilang kemungkinan akan bisa bertambah. Sebab Badan Nasional Penanggulangan Bencana masih terus melakukan pendataan.
“Data ini sementara diperkiran data masih bertambah," kata Supoto.
Baca Juga: Evaluasi Pasca Tsunami Selat Sunda Dilakukan Lewat Jalur Darat
Lebih jauh Sutopo mengatakan, proses evakuasi masih terus dilakukan, relawan dan tim evakuasi juga sudah berdatangan.
“Belum semua daerah terdmpak tsunami berhasil di data. Saat ini relawan masih melaukan proses evakuasi," katanya.
Sutopo mengatakan, Tsunami di Selat Sunda merupakan peristiwa yang terjadi karena longsoran Gunung Anak Krakatau serta erupsinya bersmaan dengan gelombang pasang bulan purnama.
"BMKG lakukan analisis, kemungkinan penyebabnya karena longsoran akibat aktivutas erupsi gunung Anak Krakatau bersamaan dengan gelombang pasang karenan bulan purnama," kata Sutopo.
Ia menjelaskan, tsunami yang terjadi tidak diketahui secara pasti. Bahkan tidak ada tanda-tanda gempa tidak terdeteksi lalu peringatn dini tidak berfungsi pada saat tsunami terjadi. Menurutnya peristiwa tersebut terjadi dengan tiba-tiba.
Baca Juga: Kesaksian Korban Tsunami Selat Sunda: Air Naik dengan Cepat
"Dua kombinasi yang dibangkitkan longsoran bawah laut karena aktivitas Anak Kratau. Tidak ada gempa saat itu baik lokal maupun Samudera hindia tidak ada gempa," terangnya.
Menurutnya teknologi atau sistem peringatan dini yang disebakan karena longsoran bawah laut dan aktivitas gunung belum ada.
"Sistem peringatan dini stunami longsoran bawah laut serta diakibatkan erupsi belum ada. BMKG belum ada peringatan dini untuk longsoran bawah laut, " kata Sutopo.
BNPB dan BMKG, kata Sutopo, sangat sulit mendeteksi sekaligus menyampaikan kepada publik dengan cepat atas kejadian stunami yang terjadi di Anyer-Lampung.
"Yang terjadi kemarin tidak ada gempa. Inilah begitu sulitanya menyampaikan peringatan dini kepada masyarakat adanya stunami karena lonsoran bawah laut dan erupsi, " terangnya.
Gelombang Tsunami Anyer - Lampung menimbulkan korban jiwa dan rumah rusak. Peristiwa tersebut diakui BNPB sebagai sebuah bencana yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Sampai saat ini data yang berhasil dihimpun BNPB ada sekitar 168 korban meninggal dunia, 745 luka dan 30 orang dinyatakan hilang.
Kontributor : Abdus Somad