Tsunami Anyer, Penyeberangan Pelabuhan Merak Banten Terganggu

Minggu, 23 Desember 2018 | 09:45 WIB
Tsunami Anyer, Penyeberangan Pelabuhan Merak Banten Terganggu
Antrean mobil para pemudik yang akan masuk ke Pelabuhan Merak. (Suara.com/Anggy Muda)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gelombang pasang dan Tsunami Anyer yang diduga akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau dan fenomena alam bulan purnama, Sabtu (23/12/2018) malam sempat menganggu kelancaran aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Merak Banten.

Sejumlah penumpang juga mengungkapkan, Kapal-kapal yang akan sandar di Pelabuhan Merak juga sempat bertahan di tengah laut karena air di sekitar Pelabuhan Merak sempat surut, sehingga menyulitkan kapal yang akan melakukan aktivitas sandar.

"Semalem cuaca buruk memang sempat membuat aktivitas kapal tersendat sehingga penumpang kendaraan terpaksa harus menunggu di dermaga. Tapi pelayanan masih tetap berjalan," kata Humas ASDP Merak Fariz Rizki Roeswandim di Merak, Minggu (23/12/2018).

Rini, salah seorang penumpang yang melakukan perjalanan dari Bakauheni Lampung, setibanya di Pelabuhan Merak mengaku kapal yang ditumpanginya terpaksa harus menunggu hingga tiga jam, karena air surut dan badai yang sempat menerjang wilayah perairan sekitar pelabuhan.

Baca Juga: Terkena Tsunami Anyer, Komedian Ade Jigo Minta Pertolongan Segera

"Tadi sebenarnya kapal sampai pukul 22.30 WIB, tapi karena tadi harus nunggu lama kapa baru bisa sandar sekitar pukul 00.30 WIB. Itu karena airnya surut dan anginnya kencang banget," katanya.

Sementara itu, petugas mobile raly Badan Meteorologi geofisika dan Klimatologi kelas I Serang, Mas Andriyanto yang ditemui di Pelabuhan Merak, mengaku bahwa peristiwa gelombang pasang yang melanda kawasan wisata Pantai anyer dan Carita bukan Tsunami, tetapi dampak daerah fenomena alam bulan Purnama.

"Dari pengamatan kami, berdekatan dengan waktu terjadinya gelombang pasang, itu tidak ada gempa tektonik, itu hanya gelombang pasang akibat fenomena alam bulan purnama, kemungkinan penyebabnya juga masih kami amati lebih lanjut," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI