Suara.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta maaf terkait aksi warga yang memotong nisan salib di makam Albertus Slamet Sugihardi yang terjadi pada Senin (17/11/2018) lalu.
Permintaan maaf itu khususnya disampaikan Sri Sultan kepada keluarga Albertus dan jemaat katolik di Yogyakarta yang dianggap paling dirugikan atas aksi pemotongan salib tersebut.
"Saya selaku pimpinan wilayah, memohon maaf kepada Bu Slamet dan seluruh keluarga, juga kevikepan DIY serta pihak Paroki Gereja Kotagede yang terganggu atas peristiwa itu," ujar Sultan di Balaikota Yogya, Kamis, (20/12/2018).
Sultan turut menyesalkan adanya kasus pemotongan nisan salib tersebut. "Saya puya kewajiban, Pak Walikota punya kewajiban menjaga wilayah ini," katanya.
Baca Juga: Pabrikan Ini Siap Robohkan Dominasi Piaggio di Pasar Skuter Listrik
Buntut dari kasus ini, Sultan menyarankan agar warga Yogya lebih bisa merawat kerukunan antarumat beragama.
“Bagaimana masyarakat Jogja bisa menjaga toleransi. Menjaga harmoninya warga masyarakat tetap damai dan aman dan nyaman tinggal di Yogyakarta,’’ kata dia
Lebih lanjut, Sultan juga menyatakan bahwa Jogjakarta berkomitmen untuk menjaga toleransi dan dan Kebhinekaan serta menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Jogja punya komitmen toleransi menjadi bagian yang kita pertahankan. Komitmen ini kita pegang. Yogyakarta bagian dari NKRI. Harus bisa memahami bahwa kemajemukan harus menjadi kelebihan bukan kelemahan yang bisa dicabik-cabik,’’ teranganya.
Dia berharap aksi pemotongan nisan salib ini bisa menjadi pelajaran karena dianggap menyangkut nilai-nilai keyakinan masyarakat yang dilindungi negara.
Baca Juga: Begini Penampakan Peluit yang Nyangkut di Paru-Paru Asep
"Bagi saya dan Pak Walikota, Pak Camat, Pak Lurah, kita perlu pembelajaran. Hati-hati dalam melangkah. Ini jadi peristiwa yang perlu kita perhatikan sebagai pembelajaran,’’ terangnya.