Dalam Rakornas PA 212 beberapa pekan sebelumnya, nama HRS telah ditempatkan pada urutan pertama rekomendasi capres PA 212, lantas Prabowo Subianto, Zulkifli Hasan, Yusril Ihza Mahendra, Tuan Guru Bajang. Saya meyakini, bila HRS yang ditetapkan, maka insya Allah dukungan politik umat untuk pemulanggan HRS ke Indonesia semakin besar. Tak ada instansi manapun yang dapat menghambat seorang capres yang diusung oleh parpol untuk mendaftarkan diri.
Berbulan-bulan saya bergerilya ke istana untuk pemulangan HRS ke Tanah Air. Terakhir pada 22 April 2018, saya berhasil meyakinkan Presiden Joko Widodo untuk menerima enam ulama PA 212 di Istana Bogor, yang berdampak terhadap terbitnya dua SP3 HRS beberapa pekan berikutnya.
Tetapi sebagian teman-teman mencurigai saya akan melakukan ‘jebakan Batman’ terhadap HRS. Karena hubungan saya dengan istana yang dianggap mesra. Padahal, tak ada sedikitpun niat saya seperti itu. Saya justru memanfaatkan kedekatan saya dengan Presiden Joko Widodo untuk pemulangan HRS ke Tanah Air.
Mengapa hal itu saya lakukan? Saya tak ingin adak gejolak horisontal akibat ketegangan antara umat dan pemerintah. Karena yang akan dirugikan kita semua, bangsa Indonesia. Saya sudah beberapa kali bertemu HRS. Bicara empat mata, baik tatap muka maupun melalui WhatsApp. HRS adalah pribadi yang baik, santun, cerdas, bersahaja. Ia seorang idealis, yang memiliki cita-cita mulia. Negeri ini harus bebas dari kemungkaran (maksiat, dst). Sebaliknya, bersama-sama menebarkan kebaikan-kebaikan (ma’ruf) agar bangsa ini mendapat ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Ini sesuai perintah Al-Quran yang merupakan pedoman hidup umat Islam sesuai QS. 2:02.
Baca Juga: Prediksi Indonesia Punah, Relawan Jokowi: Emang Prabowo Tuhan?
Karena itu dalam Mukernas I Parmusi akhir November 2016, saya mengarahkan keputusan agar Parmusi mengusulkan kepada seluruh ormas Islam dan majelis taklim untuk menetapkan HRS sebagai Imam Besar Umat Islam. Meskipun sampai sekarang hal itu belum terwujud.
Sebagai seorang ulama, HRS konsisten dan konsekuen akan pertaruhkan segalanya demi tegaknya kalimat tauhid. Karena itu beliau marah besar bila ada pihak manapun yang coba-coba mengganggu akidah islamiyah. Ini wajar sebagai seorang pemimpin pergerakan Islam, Front Pembela Islam (FPI). Siapapun akan marah bila ada yang mengganggu agamanya.
Secara personal, HRS beberapa kali mengaku kepada saya, tidak memiliki persoalan pribadi apapun dengan Presiden Joko Widodo. Saya diizinkan bahkan didorong untuk terus melobi istana. Hampir setiap bulan sepanjang 2017 saya bertemu empat mata, satu sampai dua kali dengan Presiden. Bahkan HRS meyakinkan saya, bila beliau mendapat kesempatan kembali ke Tanah Air, berniat akan lebih fokus berdakwah membesarkan pondok pesantren Markas Syariah Mega Mendung, Bogor.
Dalam pertemuan saya dengan Presiden, 7 Desember 2017 selama 1,5 jam di Istana Bogor, saya berupaya meyakinkan Presiden agar berangkat umrah pada libur Natal akhir Desember 2017. Sesuai hasil rembukan saya dengan Ketua Umum FPI KH Sobri Lubis dan Ketua Dewan Syariah FPI KH Misbachul Anam, saya menyampaikan skenario, usai Presiden menunaikan ibadah umrah, HRS diperkenankan dapat bersilaturahim dengan Presiden Joko Widodo di sebuah ruang lantai 28 Fairmont Hotel Makkah. Agar keduanya bisa langsung berkomunikasi, bertabayyun, berbicara empat mata, membahas persoalan umat dan bangsa ke depan, saling membangun komitmen tanpa ada yang mengetahui.
Apalagi Presiden Jokowi beberapa kali juga meyakinkan saya bahwa beliau tak memiliki persoalan pribadi apapun dengan HRS. Karena itu, saya berpikir, bagaimanapun juga sebagai warga anak bangsa, saya sangat menginginkan Indonesia yang damai, Indonesia yang aman, tenteram, dan para pemimpinnya saling menyapa, berkomunikasi, meskipun memiliki perbedaan pandangan politik yang tajam.
Baca Juga: Tim Prabowo Komentar Usul Jokowi Tanam Pete dan Jengkol: Nggak Masuk Akal