Akhirnya, Ijtima’ Ulama 1 berlangsung secara mulus mengajukan nama tunggal Prabowo sebagai capres. Sejumlah ustadz dan tokoh pergerakan Islam yang dianggap akan memperjuangkan HRS dan akan menolak pencalonan Prabowo, tak memperoleh undangan sebagai peserta ijtima’ ulama. Mereka dianggap barisan yang hendak menggagalkan pencalonan Prabowo. Mereka tak diundang dalam ijtima ulama, termasuk saya. Itulah permainan politik tingkat tinggi panitia dengan menggunakan baju ijtima’ ulama.
Berdasarkan pengalaman dan argumentasi prinsipil itulah, saya tak ingin ikut bertanggung jawab di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala atas pencalonan Prabowo Subianto sebagai capres dengan baju ijtima’ ulama. Apalagi bisa dihitung dengan jari ulama khas yang tergabung dalam ijtima tersebut. Terlalu berat beban yang bakal saya pikul di Yaumil Akhir. Apalagi semua yang diperdebatkan ini adalah urusan dunia. Karena itu saya pribadi juga tak ingin menjadi tim sukses Prabowo. Ini pilihan politik pribadi.
Seperti tahun 2014, saya memang tak mendukung pencalonan Prabowo Subianto. Demikian pula menghadapi Pilpres 2019, secara pribadi saya juga tak mendukung Pasangan Nomor 02. Apalagi keputusan Mukernas ke-4 Parmusi telah merekomendasikan kepada kader dan dai agar dalam Pileg/Pilpres memilih figur yang taat beribadah.
Karena itu saya sangat menyesalkan sikap kawan-kawan PA 212 yang menjadikan PA 212 sebagai Timses Prabowo Subianto. Itulah sebabnya saya mengundurkan diri. Mungkin juga para tokoh dan ulama besar yang tak lagi muncur di panggung Reuni 212 tahun 2018.
Baca Juga: Prediksi Indonesia Punah, Relawan Jokowi: Emang Prabowo Tuhan?