Suara.com - Cerita berupa tulisan Mantan Anggota Dewan Penasihat PA 212 Usamah Hisyam membuat kaget publik. Dalam tulisannya, Usamah Hisyam bercerita Prabowo Subianto meninju meja di depan para ulama jelang keputusan menjadi calon presiden di Pilpres 2019.
Tulisan Usamah Hisyam dimuat muslimobsession.com dengan judul "Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah". Tulisan ini dibuat jadi 2 bagian dengan judul yang sama, Senin (17/12/2018) kemarin.
Dalam tulisan panjang itu, Usamah Hisyam bercerita mulai dari berusaha melobi Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk bertemu dengan Rizieq Shihab di Arab Saudi. Usamah Hisyam menceritakan pertemuan dan obrolannya dengan Jokowi.
Selain itu Usamah Hisyam pun bercerita kronologi Prabowo meninju meja di depan para ulama PA 212.
Baca Juga: Prediksi Indonesia Punah, Relawan Jokowi: Emang Prabowo Tuhan?
Berikut tulisan lengkapnya:
Oleh: H. Usamah Hisyam (Mantan Anggota Dewan Penasihat PA 212)
Banyak pertanyaan, baik melalui telepon maupun pesan di WhatsApp, tentang artikel yang beredar di media sosial sejak 14 Desember 2018, tulisan Djadjang Nurjaman yang berjudul “La Nyalla, Usamah Hisyam, dan Joko Widodo”. Mereka meminta saya menanggapi.
Sesungguhnya, saya malas membuang-buang waktu untuk menanggapi tulisan hoax. Karena tidak produktif. Lebih bernuansa iri, dengki, bahkan fitnah. Seperti saran seorang teman, Fadly, caleg DPR RI dapil Malang asal Partai Golkar melalui WAGroup, “Gak penting klarifikasi tulisan model seperti itu, apalagi via medsos. Jalan lurus aja Tum, besarin Parmusi… Tak usah pusing dengan isu-isu sampah seperti itu…,” saran Fadly, yang juga Wakil Sekjen Parmusi.
Beberapa jam sebelumnya, rekan saya di dunia pers, mantan wartawati senior Tempo, Linda Djalil, mengabarkan beredarnya artikel itu. “Sebagai wartawan, aku sangat meragukan tulisan itu Us. Karena alur dan pendekatan analisanya subyektif banget. Kita kan berteman sudah lama, jangan karena perbedaan pandangan politik kita saling menjatuhkan. Makanya aku telpon kamu, apakah sudah tahu ada tulisan itu,” ujar Linda Djalil, yang sejak wartawan peliput di Istana Negara dikenal cukup dekat dengan keluarga Prabowo Subianto.
Baca Juga: Tim Prabowo Komentar Usul Jokowi Tanam Pete dan Jengkol: Nggak Masuk Akal
Jujur, selama 38 tahun saya bergulat dalam dunia pers, dimulai dari grup Tempo yakni wartawan di majalah Matra hingga Media Indonesia, lantas 10 tahun terakhir founder Obsession Media Group (OMG), saya belum pernah mengenal Djajang Nurdjaman. “Djadjang itu kenal betul bapak. Dia pernah wartawan SCTV, pernah koordinator Forum Pemred,” ungkap Sahrudi, News Director OMG. “Tapi sejak dulu dia gak suka, dia dengki dengan sepak terjang bapak. Karena bisa dekat dengan semua Presiden,” ujar Sahrudi.
“Gak usah ditanggapi, Us. Sudah saya cek kepada teman-teman, dia itu ingin sekali dekat dengan Pak Prabowo, ingin sekali mendapat perhatian dari Pak Prabowo. Makanya dia bikin tulisan hoax seperti itu,” ungkap sahabat lama, mantan wartawan senior Harian Angkatan Bersenjata, Syukri Alvin.
“Hampir mirip dengan modus Ratna Sarumpaet donk, Us,” celetuk Linda Djalil, ketika saya menceritakan hal itu kepadanya.
“Sudahlah, Linda. Kita gak usah bahas Djadjang. Tulisan dia itu mencerminkan strata kewartawanannya, sempitnya wawasan dan profesionalisme yang dimiliki. Antara fakta, opini, analisa, gak jelas semua. Bahkan lebih banyak fitnah. Biarkan saja, pahalanya pindah ke saya, he.. he.. he..” ujar saya tertawa.
Artikel ini saya tulis karena persoalan prinsipil, sebagai catatan bagi generasi Islam ke depan, bukan untuk kepentingan politik siapa pun, apalagi menjawab Nurdjaman.
Hanya saja saya harus berterima kasih pada Djadjang Nurdjaman, yang sudah mempopulerkan nama saya dengan viralnya artikel tersebut. Apalagi tudingan negatif dalam tulisan itu dikaitkan dengan mundurnya saya dari anggota Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212, arus besar yang harus saya sikapi secara konsekuen.
Memang, masih sering teman-teman bertanya, apa sih alasan sesungguhnya saya mundur dari Anggota Penasihat PA212? Maklum, saya pernah diamanatkan menjadi bendahara Reuni Agung 212 tahun 2017 yang berjalan sukses. Saya juga Koordinator Steering Committee Aksi 212 tanggal 21 Februari 2017 di depan Gedung DPR, serta Koordinator Steering Committee Aksi 313 tanggal 31 Maret 2017 di kawasan Patung Kuda Merdeka Barat Monas.
Atas rekomendasi tim kecil politbiro, saya bersama Ustadz Muhammad Al-Khaththath, menemui Habib Rizieq Syihab (HRS) di Markas Syariah Megamendung, Bogor, sekitar pukul 24.50 WIB.
Dalam pertemuan bertiga tersebut, kami menyampaikan kepada HRS pentingnya menggelar kembali aksi 21 Februari, yang kebetulan dapat disingkat juga menjadi 212. Tujuannya, untuk menjaga semangat persaudaraan dan persatuan yang sudah terbukti dalam Aksi 212 tanggal 2 Desember 2016. Selain itu, untuk menindaklanjuti sejumlah tuntutan ke DPR RI dan pemerintah.