Suara.com - Pemotongan salib nisan makam Albertus Slamet Sugiardi di TPU Jambon, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, pada Senin (17/12) awal pekan ini, menyedot perhatian publik secara nasional. Sebab pemotongan salib nisan oleh sejumlah warga itu dianggap sebagai aksi intoleran.
Saat polemik mengenai insiden itu bergulir, pihak keluarga mendiang Slamet tak mau berbicara kepada media massa.
Namun, seusai peristiwa tersebut, Pastur Gereja Santo Paulus Yogyakarta Romo Agustinus Aryawan mengakui sempat bertemu keluarga Slamet Sugiardi di gereja, Selasa (18/12) malam.
“Tak banyak kami membicarakan soal insiden itu. Saya dalam pertemuan lebih banyak menyatakan belasungkawa. Pertemuan itu konteksnya antara romo dan umat,” kata Romo Agustinus kepada Suara.com, Rabu (19/12/2018).
Baca Juga: Singgung Ucapan Sri Mulyani, Fuad Bawazier: Pemerintah Enggak Kerja Apa-apa
Ia menuturkan, sempat melihat Maria—istri mendiang Slamet—menangis saat mencium tangannya. Romo Agustinus mengakui hanya bisa terdiam, menyesapi rasa duka Maria.
“Saya tak bertanya soal kedukaannya, termasuk soal peristiwa itu. Saya tak akan tega.”
Meski begitu, Romo Agustinus menegaskan, kalau ada aksi intoleransi, sebaiknya segera diperbaiki agar antarmanusia tidak saling menyakiti.
“Kalau ada indikasi intoleransi ini harus diperbaiki, supaya kota Jogja toleran. Satu sama lain saling menghormati,’’ ungkap Romo Agustinus.
Sementara dua hari usai insiden itu, TPU Jambon tidak mendapat penjagaan ketat aparat kepolisian dan masyarakat. Kompleks pemakaman juga tetap dibuka.
Baca Juga: Kejurnas PBSI 2018: Pilih Bela Negara Atau Klub? Ini Jawaban Kevin
Slamet Riyadi, Ketua RW 13, menuturkan belum ada keluarga Albertus Slamet Sugiardi yang datang ke makam.
“Aman-aman saja, tidak ada masalah di sini, aman-aman saja,’’ kata Slamet saat ditemui di rumahnya.
Kontributor : Abdus Somad