”Dia bilang, panggilan untuk kembali berlayar itu adalah hadiah, rezeki dari yang maha kuasa. Tidak boleh ditolak,” kata Ummi yang juga jurnalis Suara.com ini.
Ummi menangis sejadi-jadinya mendengar ketetapan hati sang ayah. Upaya untuk memperingati Pande bahwa kekinian sudah memasuki musim penghujan sehingga laut tengah ganas-ganasnya pun ditepis.
Kepada Ummi, Pande hanya berpesan: ”ikhlaskan kepergian bapak untuk berlayar, semoga diberi kelancaran. Tak akan lama, hanya dua atau tiga bulan.”
”Kepadaku, bapak hanya berpesan jangan lupa salat. Pesan itu yang selalu kuingat,” tutur Ummi.
Baca Juga: Larang Poligami, Farhat Abbas Minta PSI Dicoret dari Koalisi Jokowi
Ummi mungkin seumur hidup tak bakal melupakan hari Minggu, 28 Oktober itu. Ia sempat mengantarkan sang ayah ke Stasiun Senen, jakarta Pusat.
Kala itu, Ummi juga membawakan jaket dari indekosnya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, yang dimintakan Pande.
Pande ingin, jaket pemberian Ummi itu lekat dibadannya saat melaut, untuk menahan hawa dingin dan pula hawa rindu keluarga.
"Bapak senang banget waktu itu. Dia bilang jaketnya pas di badan. Sebelum naik kereta, seperti biasa, aku menjabat tangan dan mencium bapak. Itulah di mana aku terakhir ketemu bapak.”
Kini, sudah tiga pekan Pande tak pulang. Kapalnya tak sempat menanam jangkar.
Baca Juga: Saksi Ahli: Tidak Ada Niat Jahat dari Lyra Virna
Laut menyimpan Pande, sementara Ummi menginginkan sang ayah kembali.