Suara.com - Sinar mentari yang menembus bilik Honai kecil hingga tersenyum
Terhirup udara yang sangat luas tak terbelanga
Pemandangan hijau cantik pelengkap lihat indra
Laksana dewa tanpa polusi
Desaku Puldama, indah sekali nampak wujudmu.
Sepenggal puisi itu dibacakan Jefry Simalya (20 tahun), di acara Temu Netizen ke-11, di Ruang Sarulla Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Senin (11/12/2018). Pemilihan kata-katanya mengena, membuat penonton mudah masuk dalam dimensi cerita.
Sederhana kelihatannya, tapi mungkin menjadi kesenangan bagi warga ibu kota.
Jefry Simalya adalah seorang remaja asli Distrik Puldama, Yahukimo, Papua. Jefry memang sengaja diundang untuk mengisi Temu Netizen yang bertajuk #NyalaAsaDariTimur kali ini.
Baca Juga: Kementerian ESDM Rilis Harga Batubara Acuan
Jefry hadir di tengah-tengah netizen untuk berbagi pengalamannya di Ansambel, Puldama, baru-baru ini, kareba mendapatkan bantuan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) dari pemerintah.
Kesempatan pergi ke Jakarta ini pun mengukir sejarah dalam kehidupan Jefry. Ini adalah waktu pertama ia menginjakkan kaki di kota metropolitan dan pusat pemerintahan Indonesia. Keadaannya sangat berbeda dengan daerah asalnya, Puldama Papua.
"Gedung-gedung di Jakarta bagus," ungkap Jefry senang.
Wajah Jefry sungguh berseri saat bercerita. Ketika ditanya, apa yang ada dipikirnya saat itu, Jefrey sontak berujar, "Masih tidak percaya sudah sampai di Jakarta, bangga sekali."
Bukan tanpa alasan, karena Jakarta sangat jauh dari bayangan Jefry dan keluarga. Informasi sangat lambat sampai ke sana. Tak ada jaringan komunikasi melalui telepon atau pun seluler, infrastruktur minim, listrik pun tidak ada sama sekali sebelum LTSHE masuk.
Baca Juga: Menteri ESDM Resmikan SPLU untuk Mobil Listrik di Jakarta Selatan
"Sebelum ada lampu dari pemerintah, semuanya gelap, tidak ada kegiatan di hari. Sekarang jam 6 sampai jam 9 malam bisa mengajari adik membaca," cerita Jefry.