Suara.com - Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin mengaku heran masih ada anggapan bahwa calon Presiden Jokowi anti Islam.
Padahal pemilihan Maruf Amin yang merupakan Ketua MUI dan Rois Aam sebagai cawapres Jokowi, menunjukkan Jokowi tidak anti Islam.
"Saya heran makannya kok masih ada yang bilang Jokowi anti Islam. Wong wakilnya saja kiai dan santri," ujar Maruf Amin dalam pertemuannya dengan Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Bekasi dan sejumlah ulama se-Bekasi di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Ketua MUI itu menuturkan, bahwa Jokowi merupakan satu-satunya Presiden yang memilih cawapres dari kalangan kiai.
Jokowi juga memiliki perhatian kepada para santri-santri. Salah satunya yakni menetapkan Hari Santri Nasional.
"Setelah 70 tahun kemudian, oleh pak Jokowi ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Baru oleh pak Jokowi. Maka saya heran, kok masih ada yang bilang Pak Jokowi anti Islam," ucap Maruf Amin.
Tak hanya itu, Maruf Amin juga menyebut selain menetapkan Hari Santri Nasional, Jokowi juga mendirikan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dan menggelar acara Dzikir Nasional di Istana Negara.
"Dan juga waktu saya mendirikan namanya majelis Dzikir Hubbul Wathon. Saya sebagai dewan penasihat, dan Pak Jokowi jadi dewan pembina. Kita mengadakan dzikir nasional di Istana. Sudah jalan dua tahun. Ini lagi-lagi baru di jaman pak Jokowi. Ada dzikir rutin di Istana. Heran saya, kok masih dibilang anti Islam. Aneh lah. Saya tak habis fikir itu," ucapnya.
Lebih lanjut, Maruf Amin mengatakan Jokowi pun disebut sebagai santri Situbondo karena Jokowi pernah belajar agama kepada Kiai As’ad Syamsul Arifin dari Situbondo, Jawa Timur yang merupakan alumni Situbondo.
"Di Situbondo beliau malah dibilang santri Situbondo. Karena belajar agama dari alumni Situbondo. Ada hubungan keilmuan dengan Situbondo. Yang luar biasanya adalah mengangkat saya jadi wapres. Padahal bisa saja ngangkat tokoh politik, pengusaha, TNI-polri tapi beliau pilih Kiai dari NU lagi," ucap dia.