Obituari, Sastrawan Eksil Kuslan Budiman Sendiri Menolak Sunyi

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 07 Desember 2018 | 17:17 WIB
Obituari, Sastrawan Eksil Kuslan Budiman Sendiri Menolak Sunyi
Kuslan Budiman (1935--2018). [Antara News/Marchia Kalyanitta]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selama berkesenian di Jogja, Kuslan bersama Amrus Natalsya, Djoko Pekik, dan sejumlah sahabatnya di ASRI mendirikan Sanggar Tarung Bumi yang bersimpati terhadap perjuangan hidup kaum tani.

Kuslan mendapat beasiswa tugas belajar ke Institut Bahasa Asing Beijing, Cina, pada 1965, sekaligus mendalami seni peran dan teater rakyat di Akademi Drama dan Opera Pusat di Beijing pada 1966.

"Selama di Tiongkok, Cina, saya mendapat banyak akses referensi kebudayaan, terutama sastra antardinasti. Saya memperdalam ilmu sastra China dengan mencoba menerjemahkan berbagai karya penulis kerajaan dinasti lama ke Bahasa Indonesia. Beberapa kali saya perbaiki karena ada masalah penyelarasan kebudayaan," ujarnya.

Ketekunan mempelajari arsip sastra kuno Cina, menurut dia, membuat Pemerintah Tiongkok pada 1966 memberinya akses lebih luas untuk mendalami pula seni teater rakyat dan berbagai catatan penting lainnya.

Tahun 1971, Kuslan Budiman pindah ke Moskow, Rusia—kala itu Uni Soviet—mempelajari sastra Rusia dengan kuliah ilmu kesenian di Institut Seni Industri dan Seni Terapan di Stroganovskoye hingga 1977.

"Akhir 1970an saya sudah sangat rindu ingin pulang ke Indonesia, menengok sanak saudara, terutama ibu yang kabarnya semakin sakit-sakitan. Namun, saya tidak mendapat izin akses ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing," katanya.

Ia menimpali, "Bahkan, saya saat itu mendapat kabar mantan duta besar Indonesia di Tiongkok, Pak Djawoto, yang wartawan dan pernah jadi pimpinan Kantor Berita Antara juga sudah pindah ke Belanda karena tidak bisa pulang ke Tanah Air."

Selama di Moskow, Kuslan pernah satu apartemen dengan sastrawan kelahiran Cianjur, Jawa Barat, Utuy Tatang Sontani (1920 1979).

Mereka banyak membuka akses bagi sesama anak bangsa Indonesia yang mendapat tugas belajar dari, oleh dan untuk negara, namun kemudian terangsingkan di negeri orang, antara lain Tiongkok, Rusia, Belanda, Prancis, Austria, Chekoslowakia (kini Cheko dan Slowakia) dan Jerman.

Kuslan menyelesaikan pendidikan tinggi bidang seni dan industri terapan di Stroganovskoye, Rusia, pada 1977.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI