Eks Pekerja: Penembakan Nduga karena Istaka Karya Langgar Perjanjian OPM

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 07 Desember 2018 | 16:03 WIB
Eks Pekerja: Penembakan Nduga karena Istaka Karya Langgar Perjanjian OPM
Jalan Trans Papua Habema-Mbua. [Dok Kementerian PUPR]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Karena itulah, kata Nathal, pemimpin proyek mengganti aparat keamanan dengan warga lokal untuk mengawal buruh bekerja.

 “Kami pakai masyarakat di sana, sedikit aman karena bisa beradaptasi tetapi itu tidak bisa menjamin juga, karena mereka kadang baik dan kadang keras,” ujarnya.

Namun, ia menjelaskan selama pekerjaan dilakukan, kelompok bersenjata di wilayah Nduga bersama perusahaan pernah membuat perjanjian bahwa setiap tanggal 24 November mes atau kamp harus dikosongkan.

Sebab, setiap tanggal 1 Desember, terdapat agenda hari peringatan kelompok bersenjata tersebut.

Baca Juga: Ini Hitung-hitungan Persija dan PSM Bisa Juara Liga 1 2018

 “Waktu itu sekitar November 2017, dibuat perjanjian bahwa setiap tanggal 24 November mes atau kamp harus dikosongkan, karena 1 Desember itu perayaannya mereka. Tetapi waktu itu kita turun tanggal 27 November 2017. Walaupun pimpinan proyek di lapangan waktu itu bersikeras bertahan, saya berpikir kalau kami bertahan di sini siapa yang bisa tanggungjawab kami punya nyawa? Sehingga saya bersama rekan-rekan kosongkan mes,” katanya.

Tak lama setelah itu, seusai ada kejadian penembakan operator dan anggota TNI di wilayah Nduga tahun 2017, ia dan pekerja lainnya disuruh kembali bekerja.

Namun, ketika mau ke lokasi proyek, para pekerja ini ditahan oleh aparat keamanan di Mbua dan diminta untuk kembali ke Wamena.

“Kami disuruh naik lagi oleh pimpinan proyek dan sebagai anak buah kami ikuti perintah. Sampai di sana, kami ditahan sama aparat di Mbua dan disuruh kembali ke Wamena karena akan dilakukan penyisiran. Padahal aparat saja tidak bisa naik, sehingga sampai di Pos Mbua di suruh kembali,” katanya.

Karenanya, ia sangat menyesalkan kejadian di Distrik Yall tanggal 2 Desember 2018. Ia mempetanyakan, mengapa awal Desember para karyawan masih berada di kamp proyek, padahal sudah jelas masuk akhir November itu sudah harus dikosongkan.

Baca Juga: Tak Puas Hasil Survei LSI, Kubu Jokowi akan Tingkatkan Elektabilitas

“Saya kecewa dengan kejadian ini, kenapa sudah Desember masih berada di kamp padahal sudah harus dikosongkan karena sudah peraturan dari kelompok bersenjata.”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI