Kesaksian Korban Konflik TNI - OPM di Nduga, Pura-pura Mati agar Selamat

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 07 Desember 2018 | 13:57 WIB
Kesaksian Korban Konflik TNI - OPM di Nduga, Pura-pura Mati agar Selamat
Satu korban selamat yang dari Distrik Mbua saat diwawancarai di Batalyon 756/WMS. [Jubi/Islami]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Cuma Buru TNI

Nathal, mantan karyawan PT Istaka Karya, memunyai keterangan berbeda. Meski kesaksiannya ini terjadi di 2017, namun pengalamannya selama bekerja sebagai seorang operator alat berat di proyek jalan dan jembatan Habema-Mugi ia sempat mengalami hal-hal yang dianggap rawan juga.

I menuturkan bekerja di proyek tersebut pada tahun 2017. Kala itu, dia sempat meminta agar pekerja proyek Trans Papua dibuatkan surat perjanjian kerja (SPK) dari perusahaan sebagai pegangan atau jaminan bagi keluarganya.

“Permintaan saya itu sempat ditunda sampai saya akhirnya naik ke lokasi proyek,” kata Nathal.

Baca Juga: PSI: Prabowo - Sandiaga Itu Lebih Banyak Tampil dengan Jargon

Ia menceritakan, awal pengerjaan proyek, seluruh pekerja sipil selalu dikawal pihak keamanan  minimal enam orang dan setiap minggu bergantian, bahkan mereka tinggal satu kamp dengan aparat.

“Satu kamp dengan aparat saja kami masih sering diganggu, seperti pelemparan atau pengejaran. Setelah itu, Pak Jhoni Arung (pemimpin proyek) berpandangan jika kita terus dikawal aparat, kita akan diganggu terus karena aparat yang akan dikejar terus, bukan kita pekerja,” ujar dia.

Setelah itu, saat ada pergantian aparat keamanan, Jhoni menyampaikan ke pemimpin perusahaan maupun keamanan untuk tidak lagi menggunakan aparat, tetapi memberdayakan masyarakat lokal untuk turut mengawal pekerjaan.

“Kami pakai masyarakat di sana, sedikit aman karena bisa beradaptasi tetapi itu tidak bisa menjamin juga karena mereka kadang baik dan kadang keras,” ujarnya.

Baca Juga: Komentarnya Tuai Kontroversi, Redding Dibully Fans Rossi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI