Suara.com - Semua siswa di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya dipulangkan lebih awal akibat gempa bumi yang melanda Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan kekuatan 5,7 Skala Richter pada Kamis (6/12/2018) pagi tadi.
"Kebijakan ini kami ambil untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dan antisipasi gempa susulan," kata M Amin salah seorang guru di SDN 25 Mataram seperti dilansir Antara.
Dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebutkan gempa tektonik itu terjadi pada Kamis pukul 08:02:46 WIB.
Pusat gempa di 23 kilometer barat laut Mataram, tepatnya pada 8,37 Lintang Selatan (LS) dan 116,06 Bujur Timur (BT). Pusat gempa di kedalaman 10 kilometer, namun tidak berpotensi terjadi tsunami.
Baca Juga: Satu Orang Anak Jadi Korban Penembakan di Trans Papua
Amin mengatakan, saat gempa terjadi anak-anak sedang berada di dalam ruangan dan mengerjakan soal ulangan semester ganjil. Begitu terjadi gempa anak-anak dan guru langsung berhamburan keluar ruangan menuju lapangan sekolah.
"Banyak anak-anak yang menangis juga, karena masih trauma kejadian gempa di bulan Agustus lalu," katanya.
Menurutnya, saat memberikan kebijakan pulang lebih awal, para siswa tidak dibiarkan pulang begitu saja, melainkan diminta untuk menunggu jemputan dari orang tua masing-masing.
Setelah dipastikan sudah ada yang menjemput, barulah siswa diperbolehkan pulang, sedangkan siswa yang rumahnya berada dekat dari lingkungan sekolah, dipastikan dulu orang tuanya sedang berada di rumah atau tidak.
"Hal itu kita berlakukan untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada anak-anak," katanya.
Baca Juga: Nekat Jualan 10 Kg Sisik Trenggiling, Warga Kalbar Terancam 5 Tahun Penjara
Dari hasil pantauan, rata-rata kondisi serupa terjadi di semua tingkatan sekolah yang ada di Kota Mataram, mulai dari tingkat TK/SD/SMP maupun SMA/SMK sederajat.