Suara.com - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengecam aksi penembakan di Trans Papua, Kabupaten Nduga. Dia menyebut pembunuhan terhadap para pekerja pembangunan jembatan di Papua sebagai hal yang tidak elok.
Luhut mengaku belum menerima laporan lengkap soal penembakan di Trans Papua itu. Begitu soal apakah ada tentara yang menjaga para pekerja yang membangun jembatan di sana.
"Saya tidak tahu apakah ada tentara atau tidak, kalau saya melihat ini tadi, kebetulan sepertinya tidak ada tentara. Jika ada tentara mestinya tidak masalah," ujar Menko Kemaritiman tersebut usai memberikan pidato dalam Seminar Nasional "Pembangunan Berbasis Inovasi di Era Industri 4.0" di Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Dikatakan pemerintah tidak boleh mundur dengan (aksi-aksi) yang tak bertanggungjawab tersebut. Sebelumnya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyesalkan kejadian yang terjadi di segmen 5 ruas Papua, padahal pihaknya sedang membangun penyempurnaan konektivitas di Tanah Papua.
Baca Juga: Bantah Indonesia Hidup dari Utang, Luhut: Itu Tidak Benar
"Ruas Wamena-Heberna-Kenyam-Mumugu merupakan segmen 5 dari ruas Papua dengan panjang 278 kilometer," kata Basuki Hadimuljono.
Menurutnya, jalan sudah tembus pada tahun ini. Namun, masih belum sempurna karena masih ada pengerjaan 35 jembatan. PT Istaka Karya mengerjakan 14 jembatan, dan 11 jembatan di antaranya dalam pengerjaan. Sedangkan, PT Brantas Abipraya Persero mengerjakan 21 jembatan, lima di antaranya dalam tahap pengerjaan.
Menurut Basuki Hadimuljono, sebenarnya tidak ada penolakan dari masyarakat mengenai pembangunan Trans Papua. Kendati mengalami gangguan keamanan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Panglima Kodam di Papua. (Antara)