Suara.com - BAZNAS memamerkan tenun karya mustahik dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan batik karya mustahik dari Tuban, Jawa Timur, dalam "Eco Fashion Week Indonesia", yang diselenggarakan di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (30/11/2018) - Minggu (2/12/ 2018).
Tenun dan batik ini merupakan produk dari program pemberdayaan Zakat Community Development (ZCD) BAZNAS.
Kepala Divisi Pendayagunaan BAZNAS, Randi Swandaru mengatakan, dunia fashion saat ini tengah berkembang pesat. Keikutsertaan hasil kerajinan para mustahik ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas dan penghasilan para pengrajin.
"Kain batik dan tenun merupakan karya agung khas Indonesia yang mendunia. BAZNAS berharap, mustahik dapat turut berperan dalam pelestarian khasanah budaya ini," katanya.
Baca Juga: BAZNAS Dorong Pengelola Zakat Penuhi Standar Layanan Publik
Ia menambahkan, pemberdayaan zakat yang dilakukan BAZNAS tidak hanya di daerah perkotaan saja, tapi juga mencapai pelosok-pelosok di Indonesia yang memiliki potensi sumbe rdaya. Program ZCD yang dikembangkan BAZNAS di Desa Mbuliloo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur dilakukan karena desa tersebut memiliki potensi unggul di bidang fashion.
Namun, menurut Randi, masih banyak para pembuat tenun di Desa Mbuliloo yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga BAZNAS bersama komunitas Sahabat Pulau Indonesia menginisiasi program pemberdayaan.
Dalam melakukan pemberdayaan produk fashion tersebut, BAZNAS turut mendukung upaya perlindungan alam sesuai konsep Zakat on SDGs (Sustainable Development Goals).
Selama beberapa bulan, BAZNAS melakukan pembinaan pengrajin tenun dengan melatih penggunaan warna alam, benang khusus, dan tema khusus sesuai permintaan konsumen yang sedikit dimodifikasi lebih trendi.
"Hasil karya para mustahik dari pelatihan itu ditampilkan di acara ini, produk-produknya menggunakan pewarna alam dan fashion berbasis alam atau ecofashion," katanya.
Baca Juga: BAZNAS Fasilitasi Pelatihan Psikososial untuk Guru di Lombok